Kulon Progo, DIY (ANTARA) - Wakil Ketua I DPRD Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Muhtarom Asrori meminta Dinas Pariwisata setempat mengubah Pantai Congot dan Glagah menjadi wisata unggulan sejalan dengan adanya rencana wisata kuliner malam di Plasa Kuliner Glagah.
Muhtarom, di Kulon Progo, Minggu, mengatakan keberadaan Bandara Internasional Yogyakarta dan berdirinya banyaknya hotel akan mendukung wisata Glagah dan Congot.
Menurut dia, pemkab bisa meniru Kota Madiun dengan wisata malam, yang dihiasi lampu warna warni dan terang benderang.
"Ini juga bisa ditiru di area Plasa Kuliner Glagah sampai Congot, sepanjang tidak mengganggu penerbangan," kata Muhtarom.
Menurut dia, kawasan Glagah dan Congot diberi lampu yang terang benderang dan warna warni akan terlihat menarik kalau dilihat dari bandara sehingga akan menimbulkan penasaran yang akhirnya akan berkunjung.
"Hal yang tidak kalah pentingnya adalah jalan masuk Glagah bisa dilebarkan dalam rangka menunjang wisata tersebut," katanya.
Di samping itu, lanjut Muhtarom, Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo dapat berkolaborasi membuat sawah surjan, yang sudah ditetapkan menjadi aset budaya agar bisa menarik wisatawan, khususnya untuk wisata edukasi.
Di samping itu, Dinas Pertanian dan Pangan untuk bisa membuat percontohan kebun buah masyarakat di sekitar Bandara YIA bekerja sama dengan kalurahan dan mengoptimalkan kelompok yang sudah ada.
"Ini tantangan yang perlu diseriusi dan digarap dengan baik, tidak sekadar bangga sawah surjan menjadi aset budaya, tanpa ada nilai tambah bagi pemilik/penggarap dan masyarakat sekitarnya," katanya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo Joko Mursito sangat setuju dengan pengembangan Pantai Glagah dan Congot. Hal itu sesuai dengan perintah Gubernur DIY Sri Sultan HB X saat kunjungan kerja ke Kulon Progo beberapa waktu lalu.
"Kami sepakat dan kami siap," katanya.
Ia mengatakan Plaza Kuliner Glagah adalah kompensasi adanya pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta.
Di sana, ada dua blok, yakni blok khusus kuliner dan blok suvenir. Pelaku ekonomi di kawasan Pantai Glagah diberi ruang melakukan kegiatan ekonomi dengan kuliner dan suvenir.
"Plaza Kuliner Glagah dirancang untuk berkelanjutan dan jauh-jauh hari," katanya.
Joko juga mengatakan pengembangan Glagah dan Congot terkendala anggaran mengingat keterbatasan APBD Kulon Progo.
Muhtarom, di Kulon Progo, Minggu, mengatakan keberadaan Bandara Internasional Yogyakarta dan berdirinya banyaknya hotel akan mendukung wisata Glagah dan Congot.
Menurut dia, pemkab bisa meniru Kota Madiun dengan wisata malam, yang dihiasi lampu warna warni dan terang benderang.
"Ini juga bisa ditiru di area Plasa Kuliner Glagah sampai Congot, sepanjang tidak mengganggu penerbangan," kata Muhtarom.
Menurut dia, kawasan Glagah dan Congot diberi lampu yang terang benderang dan warna warni akan terlihat menarik kalau dilihat dari bandara sehingga akan menimbulkan penasaran yang akhirnya akan berkunjung.
"Hal yang tidak kalah pentingnya adalah jalan masuk Glagah bisa dilebarkan dalam rangka menunjang wisata tersebut," katanya.
Di samping itu, lanjut Muhtarom, Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo dapat berkolaborasi membuat sawah surjan, yang sudah ditetapkan menjadi aset budaya agar bisa menarik wisatawan, khususnya untuk wisata edukasi.
Di samping itu, Dinas Pertanian dan Pangan untuk bisa membuat percontohan kebun buah masyarakat di sekitar Bandara YIA bekerja sama dengan kalurahan dan mengoptimalkan kelompok yang sudah ada.
"Ini tantangan yang perlu diseriusi dan digarap dengan baik, tidak sekadar bangga sawah surjan menjadi aset budaya, tanpa ada nilai tambah bagi pemilik/penggarap dan masyarakat sekitarnya," katanya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo Joko Mursito sangat setuju dengan pengembangan Pantai Glagah dan Congot. Hal itu sesuai dengan perintah Gubernur DIY Sri Sultan HB X saat kunjungan kerja ke Kulon Progo beberapa waktu lalu.
"Kami sepakat dan kami siap," katanya.
Ia mengatakan Plaza Kuliner Glagah adalah kompensasi adanya pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta.
Di sana, ada dua blok, yakni blok khusus kuliner dan blok suvenir. Pelaku ekonomi di kawasan Pantai Glagah diberi ruang melakukan kegiatan ekonomi dengan kuliner dan suvenir.
"Plaza Kuliner Glagah dirancang untuk berkelanjutan dan jauh-jauh hari," katanya.
Joko juga mengatakan pengembangan Glagah dan Congot terkendala anggaran mengingat keterbatasan APBD Kulon Progo.