Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid menyatakan sejarah Jalur Rempah ternyata melampaui batas-batas administratif negara modern saat ini.
“Sejarah jalur rempah ini panjang sekali ke belakang usianya dan itu sebetulnya melampaui batas batas administratif negara modern sekarang,” katanya di dermaga Markas Besar Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil), Jakarta, Jumat.
Hilmar menuturkan hal tersebut yang menjadi dasar Kemendikbudristek memasukkan Melaka, Malaysia sebagai salah satu rute tujuan pelaksanaan pelayaran budaya bertajuk Muhibah Budaya Jalur Rempah (MBJR) 2024.
Pelayaran ini merupakan salah satu upaya pemerintah dalam menjadikan Jalur Rempah sebagai warisan dunia kepada UNESCO yang diawali diskusi sejak 2016.
Pada 2020 intensitas diskusi ditambah dengan pelaksanaan pelayaran Karavan Budaya Jalur Rempah menggunakan Kapal Arka Kinari menelusuri jejak jalur perdagangan rempah di Sorong, Banda Neira, Kepulauan Selayar, Makassar, dan Bali.
Proses berlanjut dengan penelitian dan Festival Bumi Rempah Nusantara yang digelar di 13 titik di antaranya Banda Neira, Maluku Utara, Makassar, Banjarmasin, Belawan, Pulau Bintan, dan Lhokseumawe pada 2021.
Kemudian sejak 2022, Kemendikbudristek menggelar MBJR menggunakan KRI Dewaruci dengan rute pelayaran tahun pertama meliputi Surabaya-Makassar-Baubau & Buton-Ternate & Tidore-Banda Neira-Kupang yang kemudian dilanjutkan rute Surabaya-Kepulauan Selayar untuk edisi 2023.
Sementara untuk MBJR 2024 pelayaran dengan KRI Dewaruci mengarungi wilayah barat Indonesia untuk menjelajahi kebudayaan melayu berikut berbagai aspek seperti kebaharian dan khazanah kultural.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemendikbud: Jalur Rempah lampaui batas administratif negara modern
“Sejarah jalur rempah ini panjang sekali ke belakang usianya dan itu sebetulnya melampaui batas batas administratif negara modern sekarang,” katanya di dermaga Markas Besar Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil), Jakarta, Jumat.
Hilmar menuturkan hal tersebut yang menjadi dasar Kemendikbudristek memasukkan Melaka, Malaysia sebagai salah satu rute tujuan pelaksanaan pelayaran budaya bertajuk Muhibah Budaya Jalur Rempah (MBJR) 2024.
Pelayaran ini merupakan salah satu upaya pemerintah dalam menjadikan Jalur Rempah sebagai warisan dunia kepada UNESCO yang diawali diskusi sejak 2016.
Pada 2020 intensitas diskusi ditambah dengan pelaksanaan pelayaran Karavan Budaya Jalur Rempah menggunakan Kapal Arka Kinari menelusuri jejak jalur perdagangan rempah di Sorong, Banda Neira, Kepulauan Selayar, Makassar, dan Bali.
Proses berlanjut dengan penelitian dan Festival Bumi Rempah Nusantara yang digelar di 13 titik di antaranya Banda Neira, Maluku Utara, Makassar, Banjarmasin, Belawan, Pulau Bintan, dan Lhokseumawe pada 2021.
Kemudian sejak 2022, Kemendikbudristek menggelar MBJR menggunakan KRI Dewaruci dengan rute pelayaran tahun pertama meliputi Surabaya-Makassar-Baubau & Buton-Ternate & Tidore-Banda Neira-Kupang yang kemudian dilanjutkan rute Surabaya-Kepulauan Selayar untuk edisi 2023.
Sementara untuk MBJR 2024 pelayaran dengan KRI Dewaruci mengarungi wilayah barat Indonesia untuk menjelajahi kebudayaan melayu berikut berbagai aspek seperti kebaharian dan khazanah kultural.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemendikbud: Jalur Rempah lampaui batas administratif negara modern