Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta meminta masyarakat mewaspadai potensi penyakit selama masa pancaroba atau peralihan dari musim kemarau ke musim hujan seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) hingga diare.
"Selama pancaroba yang perlu dihindari adalah risiko penyakit ISPA dan diare. Dua penyakit itu biasanya sering muncul," kata Kasi Pengendalian Penyakit Menular (P2M) dan Imunisasi Dinkes Kota Yogyakarta Endang Sri Rahayu di Yogyakarta, Rabu.
Menurut Endang, upaya yang bisa dilakukan oleh masyarakat agar tidak terserang penyakit tersebut adalah dengan menggencarkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), antara lain dengan aktif memilah sampah rumah tangga, menjaga kebersihan, dan rajin berolahraga.
Selain itu, dia juga meminta masyarakat menjaga gizi seimbang dengan memperbanyak konsumsi buah dan sayur, serta minum air putih minimal delapan gelas sehari, meskipun tidak haus.
"Hindari minum dingin atau es, serta rokok atau asap rokok," kata Endang.
Khusus untuk bayi, dia mengingatkan para orang tua agar memastikan memberikan ASI eksklusif sampai enam bulan, dan berlanjut sampai dua tahun disertai makanan pendamping ASI.
Penyakit ISPA, menurut dia, biasanya terindikasi dengan adanya gejala pilek, batuk, dan kadangkala demam dalam jangka waktu yang lama.
Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas mengatakan bahwa saat ini Daerah Istimewa Yogyakarta sedang memasuki masa peralihan musim dari kemarau ke musim hujan yang diperkirakan sampai dengan Oktober 2024 dasarian kedua.
Reni mengatakan awal musim hujan di wilayah DIY tahun 2024 diperkirakan dimulai pada Oktober dasarian lll.
Selama periode peralihan musim atau pancaroba, Reni mengimbau masyarakat mewaspadai cuaca ekstrem seperti hujan lebat, angin kencang, puting beliung, dan potensi hujan es yang bisa terjadi pada periode tersebut.*
"Selama pancaroba yang perlu dihindari adalah risiko penyakit ISPA dan diare. Dua penyakit itu biasanya sering muncul," kata Kasi Pengendalian Penyakit Menular (P2M) dan Imunisasi Dinkes Kota Yogyakarta Endang Sri Rahayu di Yogyakarta, Rabu.
Menurut Endang, upaya yang bisa dilakukan oleh masyarakat agar tidak terserang penyakit tersebut adalah dengan menggencarkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), antara lain dengan aktif memilah sampah rumah tangga, menjaga kebersihan, dan rajin berolahraga.
Selain itu, dia juga meminta masyarakat menjaga gizi seimbang dengan memperbanyak konsumsi buah dan sayur, serta minum air putih minimal delapan gelas sehari, meskipun tidak haus.
"Hindari minum dingin atau es, serta rokok atau asap rokok," kata Endang.
Khusus untuk bayi, dia mengingatkan para orang tua agar memastikan memberikan ASI eksklusif sampai enam bulan, dan berlanjut sampai dua tahun disertai makanan pendamping ASI.
Penyakit ISPA, menurut dia, biasanya terindikasi dengan adanya gejala pilek, batuk, dan kadangkala demam dalam jangka waktu yang lama.
Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas mengatakan bahwa saat ini Daerah Istimewa Yogyakarta sedang memasuki masa peralihan musim dari kemarau ke musim hujan yang diperkirakan sampai dengan Oktober 2024 dasarian kedua.
Reni mengatakan awal musim hujan di wilayah DIY tahun 2024 diperkirakan dimulai pada Oktober dasarian lll.
Selama periode peralihan musim atau pancaroba, Reni mengimbau masyarakat mewaspadai cuaca ekstrem seperti hujan lebat, angin kencang, puting beliung, dan potensi hujan es yang bisa terjadi pada periode tersebut.*