Yogyakarta (ANTARA) - Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta menciptakan formula Carbon Saver untuk mengurangi emisi karbon sekaligus peningkatan hasil panen pada lahan pertanian.
Inovasi yang dikembangkan UPN bersama PT Bukit Asam itu dikemas melalui kegiatan "Panen Perdana Hilirisasi Formula Carbon Saver untuk Pertanian yang Berkelanjutan" di Potorono, Banguntapan, Bantul, D.I Yogyakarta, Jumat.
"Ini merupakan langkah cerdas untuk mengimplementasikan hasil penelitian ke dunia nyata, menguntungkan petani, dan berkontribusi bagi keberlanjutan lingkungan," kata Ketua Tim Hilirisasi Carbon Saver UPN Veteran Yogyakarta Susila Herlambang.
Ia mengatakan bahwa hilirisasi bukan sekadar soal mengolah produk, tetapi juga tentang menciptakan dampak positif bagi masyarakat, ekonomi, dan lingkungan.
Melalui Carbon Saver, lanjutnya, dapat membuka peluang baru bagi petani untuk mengurangi emisi karbon, meningkatkan hasil pertanian, menjaga kelestarian tanah, serta menekan harga pokok produksi (HPP).
"Saya mengajak semua pihak untuk bersinergi, berkolaborasi, dan mendukung hilirisasi produk ini. Mari bersama-sama kita wujudkan pertanian yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan," ujar Dosen Program Studi Ilmu Tanah UPN Veteran Yogyakarta ini.
Carbon Saver, kata dia, merupakan sebuah produk inovasi yang bermanfaat untuk membenahi tanah.
Produk tersebut bersifat organik yang ramah lingkungan, mampu mengurangi pelepasan unsur karbon di dalam tanah, mampu menyimpan unsur karbon di dalam tanah, dan mengandung nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
Desainer dan Kolaborator Program Pangan Berkelanjutan Roy Ubaya menyampaikan bahwa desain hilirisasi Carbon Saver merupakan strategi pangan yang lebih efektif efisien dan ramah lingkungan.
Selain itu, Carbon Saver secara otomatis akan membuat tanah lebih sehat, lantaran formulanya memiliki unsur-unsur pembenah tanah organik yang menyediakan ruang-ruang sebagai tempat penyimpanan unsur karbon di dalam tanah.
"Dengan makin banyaknya penggunaan unsur organik dalam tanah, maka otomatis hasil produksi pangan akan memiliki residu yang rendah. Dalam jangka panjang dan berkelanjutan terciptalah pangan yang akan mendukung terciptanya generasi muda dan lingkungan yang sehat di masa dating," ujar Roy.