Medan (ANTARA) - Jenazah Victor Maruli Tua Simaremare (39), pekerja migran Indonesia yang menjadi korban penembakan di Malaysia, akhirnya tiba di Bandara Internasional Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara, pada Selasa (12/2).

Proses kepulangan jenazahnya disaksikan oleh Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Judha Nugraha.

"Kita tadi sudah menyaksikan jenazah almarhum Bapak Victor tiba di Kualanamu," kata Judha Nugraha.

Victor, asal Desa Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, meninggal dunia setelah terkena tembakan aparat Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia pada Jumat, 24 Januari 2025. Insiden ini terjadi di wilayah perairan Tanjung Rhu, Selangor, Malaysia.

"Jadi, saat kejadian almarhum mengalami luka tembak dan sempat dirawat di Rumah Sakit Idris Shah Serdang, Selangor, Malaysia. Kemudian sudah dioperasi akibat luka tembak itu mengenai ginjal," tuturnya.

Baca juga: Pakar UGM : Penembakan PMI di Malaysia melanggar hukum Internasional
 

Meski telah menjalani operasi untuk menangani luka tembak yang mengenai ginjalnya, kondisi Victor terus memburuk. 

"Kondisinya terus memburuk dan tanggal 4 Februari lalu meninggal dunia akibat luka tembak di abdomen mengenai ginjal. Segera kami antarkan rumah duka di Humbang Hasundutan," tambah Judha.

Ia juga mengatakan bahwa Victor Tua Maruli merupakan pekerja migran Indonesia yang menumpangi kapal berisi sejumlah WNI yang tinggal di Malaysia.

"Mereka ingin kembali ke Indonesia menggunakan jalur ilegal. Untuk tiga warga yang lain, dua orang inisial HA dan MZ sudah sembuh dan menjalani pemeriksaan oleh Polis Diraja Malaysia," katanya.

Sedangkan seorang lagi inisial MH asal Aceh, kondisinya sudah semakin membaik dalam keadaan sadar, namun masih perlu mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Idris Shah Serdang, Selangor, Malaysia.

"Mereka ini tidak saling kenal. Jadi, mereka baru ketemu ketika menaiki kapal tersebut," kata Judha.

Baca juga: BPIP sebut Pemerintah RI desak Malaysia tuntaskan kasus penembakan PMI

Atas insiden ini, Presiden Prabowo Subianto menyatakan dirinya yakin aparat penegak hukum Malaysia menyelidiki dengan baik kasus penembakan WNI oleh petugas dari Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM) yang bertugas menjaga keamanan perairan Malaysia pada Jumat (24/1) dan menembak ke arah lima WNI yang saat itu berlayar di atas kapal penumpang di perairan Tanjung Rhu, Selangor. Akibat penembakan itu, satu WNI meninggal dunia, dan empat lainnya luka-luka.

Presiden menyebut dirinya telah membahas persoalan itu secara garis besar dengan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim saat keduanya bertemu di Kuala Lumpur, Senin (27/1).

Sementara otoritas di Malaysia menyebut penembakan itu terjadi karena ada perlawanan dari lima WNI yang menjadi sasaran tembak APMM di Tanjung Rhu, namun Kementerian Luar Negeri RI membantah pernyataan yang menyebut adanya perlawanan.
 

Direktur Pelindungan WNI (PWNI) Kementerian Luar Negeri RI Judha Nugraha pada Rabu (29/1) menyebut tak ada perlawanan dari keterangan para korban selamat.

Informasi dari para korban itu diterima langsung oleh KBRI Kuala Lumpur yang menemui empat WNI tersebut di RS Serdang dan RS Klang di Malaysia pada Selasa (28/1).

Dua dari empat korban itu saat ditemui pihak KBRI Kuala Lumpur sudah dalam keadaan stabil, sehingga dapat menceritakan kronologi peristiwa penembakan. Keduanya menyebut tidak ada perlawanan dengan senjata tajam dari penumpang WNI terhadap aparat APMM.

Judha kemudian menyebut Kementerian Luar Negeri RI menuntut otoritas di Malaysia untuk melakukan investigasi menyeluruh atas kejadian penembakan tersebut, termasuk kemungkinan penggunaan kekuatan berlebihan (excessive use of force).

KBRI Kuala Lumpur terus mengumpulkan informasi lebih lengkap untuk mendapatkan konstruksi kejadian yang lebih jelas, serta meminta retainer lawyer KBRI untuk mengkaji dan menyiapkan langkah-langkah hukum ke depan.




Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Jenazah pekerja migran Indonesia korban penembakan tiba di Kualanamu

Pewarta : Muhammad Said
Editor : Nur Istibsaroh
Copyright © ANTARA 2025