Yogyakarta (ANTARA) - Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sidomulyo, Godean, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakan UMKM binaan Bank Indonesia sukses mengembangkan usaha hingga ditunjuk sebagai salah satu Koperasi Desa Merah Putih di Sleman.

"Kepercayaan dan tata kelola yang baik menjadi kunci kesuksesan, dari modal awal Rp150 juta pada 2010 kini kami dipercaya mengelola dana hingga Rp450 juta tanpa agunan," kata Ketua Gapoktan Sidomulyo, Godean R Bangun di acara talkshow Sebakul di Teras Malioboro Yogyakarta, Kamis.

Acara ini dihadiri puluhan pelaku UMKM se-DIY untuk berbagi pengalaman dan strategi pembangunan usaha.

"Sejak 2016 kami menjadi salah satu klaster binaan Bank Indonesia. Awalnya kami adalah kelompok tani biasa yang pembukuannya masih asal-asalan dan catat kalau ingat saja," katanya.

Menurut dia, dirinya memulai transformasi setelah mendapatkan fasilitas dari Kementrian Pertanian pada 2010 berupa mesin penggiling padi dan gudang serta dana operasional Rp150 juta.

"Ini pertama kalinya kami menerima dana sebesar itu. Sebelumnya, di daerah kami banyak terjadi panen jual karena petani butuh uang cepat," katanya.

Ia mengatakan, untuk meningkatkan kapasitas, Gapoktan Sidomulyo mengikuti program pelatihan selama satu setengah bulan di Bank Indonesia melalui program Berwirausaha Bangun Indonesia (BI). Program tersebut mengajarkan sistem pembukuan yang tertib dan transparan.

"Dari sinilah kami belajar pembukuan yang benar, dari pembelian, prosesing, hingga penjualan. Ini menjadi kunci mendapatkan kepercayaan dari perbankan dan lembaga pembiayaan," katanya.

Bangun mengatakan, sampai saat ini Gapoktan atau KDMP Sidomulyo rutin memasok beras untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Sleman dan daerah sekitarnya. Produksi dilakukan dengan standar Standar Nasional Indonesia (SNI) yang melibatkan berbagai kelompok tani dan institusi perguruan tinggi.

Pada 2019, Pemerintah Kabupaten Sleman melalui Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan membentuk Asosiasi Sembada Beras Sleman agar hasil panen petani lokal dapat diolah dan dipasarkan di Sleman sendiri, tanpa harus dibawa ke daerah lain seperti Demak atau Boyolali," katanya.

"Ini memperpendek rantai distribusi. Bahan baku dekat, diolah di sini, dan dipasarkan juga di sini. Hasilnya lebih efisien dan petani lebih sejahtera," katanya.

Untuk meningkatkan tata kelola, Gapoktan Sidomulyo mengadopsi manajemen koperasi dengan menambahkan badan pengawas yang melakukan pengawasan minimal satu kali hingga maksimal 12 kali dalam setahun.

"Pengawasan rutin ini membuat pembukuan kami tertib dan transparan. Ini yang membuat pemerintah daerah percaya memberikan bantuan modal tanpa agunan," katanya.

Selain meningkatkan kesejahteraan petani, kata dia, Gapoktan Sidomulyo juga membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar. Saat ini, mereka mempekerjakan 30 orang dengan sistem pembayaran bulanan, mingguan, dan harian sesuai kebutuhan.

Gapoktan Sidomulyo juga memproduksi berbagai produk turunan beras, seperti tepung beras putih, tepung beras merah, dan tepung beras coklat yang dipasarkan ke rumah sakit dan pelaku UMKM lainnya dengan harga khusus.

"Kami ingin berbagi dengan sesama UMKM. Harga untuk UMKM lebih murah dibanding harga pasar umum karena semangat persaudaraan," katanya.
 


Pewarta : Victorianus Sat Pranyoto/Indra Kurniawan
Editor : Nur Istibsaroh
Copyright © ANTARA 2025