Yogyakarta (ANTARA) - Perwakilan BKKBN Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyelenggarakan Workshop Edukasi Kesehatan Reproduksi, Gizi dan Perencanaan Masa Depan bagi Remaja Tuli di SLB Negeri 1 Bantul, Kamis.

"Kegiatan ini merupakan langkah strategis dalam memperluas akses pendidikan kesehatan reproduksi yang ramah disabilitas, khususnya bagi remaja tuli," kata Sekretaris Perwakilan BKKBN DIY Rhohdiana Sumariati di Yogyakarta.

Menurut dia, workshop yang didukung oleh Forum Genre DIY yang turut terlibat sebagai fasilitator ini merupakan komitmen Kemendukbangga/BKKBN untuk pendidikan Inklusif.

Menurut dia, pemenuhan hak informasi bagi remaja, termasuk remaja tuli, adalah bagian penting dari pembangunan keluarga dan kesehatan remaja.

"Setiap remaja tidak terkecuali yang menyandang disabilitas berhak memperoleh informasi yang benar, mudah dipahami, dan sesuai kebutuhan mereka. Dengan modul inklusif ini, kami berharap tidak ada lagi remaja yang tertinggal dalam hal pengetahuan kesehatan reproduksi," katanya.

Baca juga: Ini peran pria dalam program bayi tabung (IVF)
 

Ia mengatakan, workshop ini juga mengenalkan "Modul Tentang Kita Inklusif" yang dapat digunakan secara berkelanjutan oleh sekolah, komunitas disabilitas dan pendamping remaja, sebagai instrumen pembelajaran yang mudah diakses dan relevan.

Modul ini diharapkan menjadi sarana yang efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman remaja tuli tentang kesehatan reproduksi.

"Dengan demikian mereka dapat menjaga kesehatan reproduksi sekaligus terhindar dari risiko permasalahan yang timbul dari ketidaktahuan tentang tubuh mereka sendiri," katanya.

Baca juga: Di bawah 35 tahun, usia ideal perempuan untuk bayi tabung

Rohdhiana mengatakan, selama sesi implementasi modul, peserta diajak memahami kesehatan reproduksi remaja, mengenali emosi, serta berdiskusi mengenai relasi sehat dan kehidupan remaja.

Proses penyampaian materi didukung penuh oleh Guru SLB Negeri 1 Bantul Inna Trimawati, S.Pd yang sekaligus sebagai penerjemah dengan bahasa isyarat.

"Kegiatan ini sangat penting karena anak-anak tuli seringkali tidak mendapatkan informasi kespro yang lengkap. Namun tetap harus dengan hati-hati supaya tidak salah persepsi. Mereka sangat antusias dengan pembelajaran ini," kata Inna.


Baca juga: Awas! Perempuan berhubungan seksual sebelum 20 tahun berisiko kanker

Baca juga: JPPI ungkap anak Indonesia butuh edukasi kesehatan reproduksi bukan alat kontrasepsi


Pewarta : Victorianus Sat Pranyoto
Editor : Nur Istibsaroh
Copyright © ANTARA 2025