Sleman (Antara Jogja) - Tingkat kehilangan atau kebocoran air dari saluran distribusi Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai 32 persen sehingga terus dilakukan upaya perbaikan jaringan.
"Sumber air yang digunakan PDAM Sleman saat ini baru mencapai 280 liter per detik, sedangkan tingkat kehilangan air 32 persen," kata Direktur PDAM Kabupaten Sleman Dwi Nurwata, Selasa.
Menurut dia, tingkat kehilangan air tersebut menurun lima persen dari tahun lalu yang mencapai 37 persen.
"Upaya penurunan dilakukan dengan penggantian `water meter` (alat pencatat kuantitas air) yang rusak serta penertiban `water meter` itu," katanya.
Ia mengatakan, pada 2013 ini PDAM Sleman mengusulkan pada pusat untuk dibantu pengembangan di wilayah Sleman barat karena di kecamatan Tempel belum ada layanan air bersih dengan perpipaan.
"Usulan dengan kapasitas 20 liter per detik ini akan memberi layanan pada 2.000 pelanggan," katanya.
Dwi mengatakan, PDAM Kabupaten Sleman melayani khusus perpipaan, dan saat ini PDAM Sleman masih mencapai layanan 60 persen dari total penduduk Sleman.
"Pencapaian inipun sangat sulit karena masyarakat sudah banyak menggunakan sumur gali yang secara kualitas masih lebih baik ketimbang empat kabupaten lain.
"Ke depan PDAM Sleman akan menambah sambungan sebanyak 200 pelanggan atau kepada 12 ribu jiwa," katanya.
Ia mengatakan, kendala yang dihadapi PDAM Sleman pascaerupsi Gunung Merapi adalah sumber air yang ada di lereng Merapi terkena lahar dingin dan jaringan mengalami kerusakan total.
"PDAM Sleman baru dapat memfungsikan sumber air dari Umbul Wadon mulai Oktober 2012," katanya.
Ia mengatakan, berfungsinya kembali sumber air tersebut setelah dibantu BNPB dengan dana dari APBN berupa pembangunan pipa yang berada di Pakem, yaitu di dusun panggeran dengan kapasitas 60 liter per detik.
"Jika dikomparasikan dengan kebutuhan masyarakat yaitu sekitar 6.000 sambungan," katanya.
(V001)
