Perajin tahu Gunung Kidul berharap kestabilan harga kedelai

id kedelai impor,Gunung Kidul

Perajin tahu Gunung Kidul berharap kestabilan harga kedelai

Perajin tempe mengangkat kedelai rebus di tempat produksi, Wonocolo, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (3/1/2021). Naiknya harga kedelai dari harga Rp7.000 per kilogram menjadi Rp9.300 per kilogram memaksa sejumlah perajin tempe menyiasatinya dengan menaikkan harga jual tempe dari Rp5.000 menjadi Rp7.000 per potong atau memperkecil ukuran tempe dengan harga jual tetap Rp5.000 per potong. ANTARA FOTO/Didik Suhartono/rwa.

Gunung Kidul (ANTARA) - Perajin tahu dan tempe di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengharapkan adanya kestabilan harga kedelai supaya tidak berdampak pada industri tahu dan tempe.

Salah satu pedagang tahu dan tempe di Pasar Argosari Wonosari Turgiyanti di Gunung Kidul, Senin, mengatakan, meski ada persoalan harga kedelai, harga tahu-tempe saat ini belum mengalami kenaikan yang berarti.

"Harga tahu-tempe saat ini masih biasa, tergantung besar-kecilnya ukuran. Namun kami berharap pemerintah menurunkan harga kedelai supaya tidak naik," kata Turgiyanti.

Ia menjelaskan pada awal Desember, harga kedelai masih berkisar Rp8.500 per kilogram. Namun, saat ini, harga kedelai sudah mencapai Rp9.000 per kilogram. Harga kedelai impor di Gunung Kidul mulai naik pada 28 Desember lalu.

"Harga kedelai pernah mencapai Rp9.200 per kilogram jelang tahun baru. Kami berharap ada kebijakan khusus terhadap kedelai impor," katanya.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Gunung Kidul Virgilio Soriano mengatakan sempat ada informasi jika para perajin tahu-tempe akan melakukan mogok produksi.

Kemudian, Disperindag Gunung Kidul langsung mengecek pusat industri tahu dan tempe di wilayah Gunung Kidul untuk memastikan rencana itu, meski ternyata urung dilakukan.

"Rata-rata pengrajin memahami situasi yang ada. Apalagi mengingat produksi tahu-tempe memang sangat tergantung pada kedelai impor. Kami minta para pengrajin melakukan penyesuaian dari kondisi ini, termasuk lebih mengoptimalkan bahan yang ada," katanya.

Virgilio mengatakan pihaknya sudah berkomunikasi dengan Pemerintah DIY berkaitan dengan situasi terkini. Hal ini dikarenakan kewenangan mengenai distribusi kedelai impor ada di jenjang lebih tinggi.

Harapannya, pemerintah pusat bisa segera mengeluarkan solusi agar kenaikan harga kedelai impor bisa dikendalikan. Ia juga meminta warga tidak resah dengan kenaikan tersebut, mengingat belum signifikan.

"Masyarakat kami imbau tetap bijak dalam menghadapi situasi saat ini," kata Virgilio.