Buku tokoh revolusi DI/TII Aceh dirilis

id aceh,dewan revolusi,di tii,rektor,prof samsul rizal,banda aceh,pemkab,prof bachtiar ali,ahmad farhan hamid,yusni saby

Buku tokoh revolusi DI/TII Aceh dirilis

Rektor USK Prof Samsul Rizal di sela-sela peluncuran buku Ayah Gani (ANTARA/M Ifdhal)

Banda Aceh (ANTARA) - Rektor Universitas Syiah Kuala (USK) Darussalam Banda Aceh, Prof Samsul Rizal meluncurkan buku "Ayah Gani Ketua Dewan Revolusi DI/TII Aceh" yang ditulis H Ramly Ganie.

"Banyak orang tidak mengetahui peran dan juga sosok Ayah Gani pemilik nama lengkap Abdul Gani Usman yang memiliki peran besar dalam perjalan sejarah Aceh khususnya saat masa DI/TII," kata Samsul Rizal di sela-sela peluncuran dan bedah buku Ayah Gani Ketua Dewan Revolusi DI/TII di Darussalam, Banda Aceh,Senin.

Ia menjelaskan dengan hadirnya buku yang prolognya ditulis Guru Besar Univeritas Indones Prof Bachtiar Aly dan Guru Besar USK Prof Ahmad Human Hamid dan epilog Guru Besar UIN Ar-Raniry, Prof Yusny Saby dapat memperkaya khazanah baca dan literatur sejarah Aceh bagi generasi milenial Aceh.

Menurut dia tanpa adanya buku tersebut mungkin banyak generasi tidak akan banyak mengetahui terhadap sosok A Gani Usman yang lahir di Seulimuem, Aceh Besar pada tahun 1909.

Guru Besar Universitas Indonesia Prof Bachtiar Aly dalam ranub sigapunya menuturkan bahwa Ayah Gani yang memiliki integritas tinggi merupakan sumber inspirasi dan transformator yang mampu mengalirkan pikiran-pikiran Teungku Daud Beureeh kepada para pihak terutama Pemerintah Pusat di Jakarta

"Apa yang dilakukan Ayah Gani sebenarnya sudah mewakili kepentingan semua pemangku kepentingan di Aceh. Sebagai Ketua Dewan Revolusi ia mampu menggali dan mengawal setiap tuntutan dalam perundingan sehingga Pemerintah Pusat saat itu diwakili Mr Hardi sebagai Wakil Perdana Menteri kala itu tidak akan memberikan suatu pernyataan negatif atas apa yang disampaikan oleh Dewan Revolusi melalui Ayah Gani," katanya.

Menurut dia jika ditinjau dari segi diplomasi, Ayah Gani adalah seseorang diplomat ulung karena semua substansi yang sangat berisiko terhadap kepentingan rakyat Aceh mampu dikomunikasikan secara santun dan elegan.