Semarang (ANTARA) - Batik dengan pewarna alam asal Semarang, siPutri yang diproduksi salah satu usaha mikro kecil dan menengah di Kota Semarang sukses menembus pasar internasional di tengah ketatnya persaingan usaha.
"Kami pernah kirim ke Singapura, Kanada, Jerman, sampai Dubai. Mereka (konsumen luar negeri, red.) memang lebih tertarik dengan warna alami," kata Pemilik Batik siPutri Putri Merdekawati di Semarang, Jawa Tengah, Kamis.
Putri menjelaskan produk batik yang dibuatnya memang berbeda dari batik biasanya, sebab proses produksi dan pascaproduksi benar-benar diupayakan tidak mencemari lingkungan, salah satunya menggunakan bahan pewarna alam.
Bahan pewarna alam didapat jebolan Magister Pertanian UNS Surakarta itu dari berbagai tanaman, seperti daun ketapang untuk warna hijau kekuningan, kayu tingi (coklat), kulit buah jolawe (hijau), sampai mahoni.
"Limbah cairnya disaring lagi minimal bisa untuk menyiram bunga, limbah padat dari sisa rebusan daun dan kayu dibikin pupuk, sampai sisa kain kami olah lagi jadi masker, tas, dan sebagainya," katanya.
Dari awal produksi, Putri selalu menyediakan tas pembungkus yang terbuat dari kertas daur ulang, bukan dari plastik, demikian juga kancing baju dibikin dari batok kelapa tanpa di-"finishing".
Untuk konsumen dalam negeri, kata dia, sebenarnya juga banyak, tetapi biasanya mereka yang tidak menyukai batik dengan warna mencolok karena warna-warna dari bahan alam memang lebih lembut.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Batik pewarna alam asal Semarang tembus pasar internasional
Berita Lainnya
Masyarakat di daerah rawan longsor Indonesia harus siaga bencana
Sabtu, 27 April 2024 19:39 Wib
Wisatawan diminta kedepankan dekarbonisasi dalam berwisata di RI
Senin, 22 April 2024 20:36 Wib
Banjir landa Pakistan-Afghanistan, 168 orang meninggal
Sabtu, 20 April 2024 21:24 Wib
Diaspora siap pasarkan wisata ke level global
Minggu, 14 April 2024 14:27 Wib
256 warga menjadi korban banjir lahar Gunung Marapi Sumbar
Sabtu, 6 April 2024 9:19 Wib
Indonesia ranking kedua negara berisiko bencana di dunia
Rabu, 3 April 2024 12:25 Wib
Pemda harus mampu gali potensi pariwisata gaet wisatawan
Senin, 1 April 2024 7:48 Wib
Serat rami potensial untuk industri tekstil di Indonesia
Sabtu, 30 Maret 2024 20:05 Wib