"Jadi pembelajaran di sekolah itu harus membuat anak bisa menikmati proses belajar, termasuk ketika mereka gagal dan salah, itu bisa dilakukan kalau kurikulumnya memberikan kesempatan, dan secara eksplisit di kurikulum merdeka itu yang mau kita kembangkan adalah penalaran, juga kemandirian belajar," kata Anindito di Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan, Kurikulum Merdeka tidak mewajibkan guru dan sekolah untuk menuntaskan materi di buku, karena yang terpenting bagi guru bukan materi dari buku yang habis diajarkan, tetapi memastikan anak-anak di kelas menikmati belajar.
"Guru mesti memastikan para siswa jadi semakin menikmati belajarnya atau enggak, semakin bisa bernalar atau enggak, dan semakin senang kerja sama atau enggak, itu yang diperhatikan dalam Kurikulum Merdeka. Jadi gurunya juga harus menikmati proses belajar terus-menerus," katanya.
Ia menekankan bahwa pembelajaran sepanjang hayat hanya dapat ditumbuhkan jika anak-anak di sekolah menikmati proses belajar.
"Kalau belajar menjadi sesuatu yang menakutkan, bagaimana bisa menjadi lifelong learning?" katanya.
Guna mewujudkan hal tersebut, satuan pendidikan mesti mengimplementasikan dengan terus menjalin kerja sama dengan berbagai pihak.