Yogyakarta (ANTARA) - Ketika mendengar istilah terapi sel punca (stem cell) atau Platelet-Rich Plasma (PRP), benak kita seringkali melayang pada citra atlet-atlet dunia yang menjalani perawatan canggih untuk memulihkan cedera. Teknologi ini terlanjur identik dengan dunia olahraga profesional yang mahal dan eksklusif.
Namun, sebuah pergeseran penting kini terjadi di dunia medis Indonesia, di mana terapi regeneratif ini justru menjadi harapan baru bagi kelompok masyarakat yang jauh lebih besar: para penderita osteoartritis.
Osteoartritis, atau yang awam kenal sebagai pengapuran sendi, adalah kondisi ausnya bantalan tulang rawan pada sendi, terutama lutut. Penyakit degeneratif ini menjadi penyebab utama nyeri kronis dan keterbatasan gerak bagi jutaan lansia di Indonesia.
Selama bertahun-tahun, pilihan pengobatan mereka terbatas pada obat-obatan pereda nyeri yang bersifat sementara, hingga akhirnya harus pasrah pada pilihan operasi penggantian sendi.
Kini, narasi tersebut mulai berubah. Di Yogyakarta, Dr. dr. Aditya Fuad Robby Triangga, Sp.OT, Subsp.P.L(K), seorang ahli ortopedi, menjadi salah satu motor penggerak yang membawa teknologi regeneratif ini dari lapangan olahraga ke ruang praktik klinis untuk masyarakat umum.
Melalui riset dan pengalamannya, ia membuktikan bahwa manfaat terbesar dari terapi ini justru dirasakan oleh pasien-pasien osteoartritis.
Menurut Dr. Robby, kesalahpahaman di masyarakat perlu diluruskan. Meskipun populer di kalangan atlet karena kemampuannya mempercepat penyembuhan misal pada kasus robekan atau cidera otot dan ligamen, esensi dari terapi regeneratif adalah merangsang perbaikan jaringan yang rusak, sebuah mekanisme yang sangat dibutuhkan oleh penderita osteoartritis.
"Selama ini, banyak yang mengira stem cell atau PRP itu pengobatan mahal untuk atlet. Padahal, potensi terbesarnya justru untuk membantu populasi terbesar kita yang menderita nyeri lutut karena penuaan atau keausan sendi," ungkap Dr. Robby Triangga.
"Tujuannya bukan sekadar menghilangkan nyeri sesaat, tetapi memicu proses perbaikan alami di dalam sendi. Ini adalah harapan untuk menunda, atau bahkan menghindari, kebutuhan akan operasi besar di kemudian hari," katanya.
Prosedur ini bekerja dengan menyuntikkan konsentrat sel-sel penyembuh (PRP diambil dari darah tubuh pasien sendiri, ataupun sel punca yang berasal dari tali pusar donor) langsung ke sendi yang bermasalah.
Faktor-faktor pertumbuhan di dalamnya kemudian bekerja untuk mengurangi peradangan, memperlambat kerusakan tulang rawan, dan dalam beberapa kasus, merangsang pembentukan jaringan baru.
Ini adalah sebuah terobosan yang menawarkan solusi dari akar masalah, bukan lagi sekadar menutupi gejalanya. Bagi para lansia dan penderita nyeri lutut kronis, ini adalah kabar gembira yang membuka pintu menuju kualitas hidup yang lebih baik dan masa tua yang lebih aktif.
