Bantul (ANTARA Jogja) - Perajin batik tulis tradisional di sentra batik Giriloyo, Desa Wukirsari, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terus mempertahankan motif klasik sebagai ciri khas batik Ngayogyakarta Hadiningrat.

"Sudah sejak belasan tahun lalu kami memproduksi batik motif klasik sebagai upaya mempertahankan corak-corak dari Keraton Ngayogyakarta," kata perajin dan pemilik sanggar batik tulis tradisional di Giriloyo "Kusumo" Daljiyah, Senin.

Menurut dia, sanggar batik yang berdiri sejak belasan hingga puluhan tahun lalu ini dirintis orang tuanya untuk memenuhi permintaan batik dari kalangan Keraton Ngayogyakarta. Usaha ini telah diwariskan kepada dirinya sejak empat tahun lalu.

Ia mengatakan, meski saat ini permintaan batik dari Keraton tidak sebanyak dahulu, namun sanggar ini masih memproduksi batik motif klasik untuk dijual ke konsumen langsung, apalagi motif klasik juga digemari wisatawan dari berbagai daerah.

"Kalau corak atau motif klasik sudah ada sejak zaman nenek saya, namun semakin lama semakin berkembang motifnya, kira-kira hingga saat ini sudah ada sekitar 1.000 lebih motif klasik," katanya.

Akan tetapi lanjut dia, yang sering diproduksi saat ini sekitar 100 motif klasik seperti motif Sidomukti dan Sidoasih."Untuk pengembangan motif klasik tidak sepenuhnya mengubah corak dulu, namun tetap menonjolkan kesan klasik," katanya.

Ia mengatakan, dengan mempekerjakan perajin batik sebanyak 10 orang, setiap bulan sanggar batik ini bisa memproduksi 10 hingga 20 batik yang dijual mulai dari sebesar Rp150.000 sampai Rp900.000 per potong tergantung ukuran lebar mulai dari dua hingga 2,5 meter.

"Konsumen batik klasik ini sebagian besar dari luar kota seperti Jakarta, Bandung dan Sumatera, kalau daerah lokal paling saat tertentu saja, seperti mau nikahan, jadi tidak ada pelanggan tetap," katanya.

Terkait pemasaran batik, kata dia dirinya mengaku kesulitan untuk melakukan promosi yang lebih luas, sehingga selama ini promosi masih melalui pameran dan mengandalkan wisatawan yang berkunjung ke sentra kerajinan ini.

"Promosi saat ini masih sebatas pameran, baik undangan dari dinas maupun dari swasta, selebihnya hanya dari wisatawan yang kebetulan mampir. Untuk promosi lebih jauh saya kesulitan karena tidak memiliki jaringan yang luas," katanya.

(KR-HRI)

Pewarta :
Editor : Hery Sidik
Copyright © ANTARA 2024