Jogja (Antara Jogja)-Perajin wayang kulit di Dusun Pucung, Desa Wukirsari, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, kesulitan bahan baku kulit sapi setelah dikeluarkannya kebijakan pengurangan kuota sapi impor oleh pemerintah tahun ini.

Ketua Paguyuban Perajin Wayang Kulit Pucung Lestari, Suyono di Yogyakarta, Minggu, mengatakan pengurangan sapi impor mengakibatkan fokus utama perajin wayang di daerah ini hanya bergantung pada bahan baku kulit sapi lokal atau Jawa.

"Sebelumnya para pereajin tidak hanya mengandalkan kulit sapi Jawa karena mendapat tambahan juga dari sapi impor sehingga pasokan tidak sulit,"kata pemilik sanggar kerajinan tatah sungging `Maju Karya` ini.

Selanjutnya, menurut dia, selain berkurangnya sapi impor, kulit sapi Jawa untuk saat ini semakin menjadi rebutan para perajin karena kualitasnya yang terkenal bagus.

" Kulit sapi Jawa memiliki kualitas yang bagus dibanding kulit sapi luar Jawa dan impor.Kulit sapi yang sering menjadi andalan adalah kulit sapi Jawa Tengah dan Jawa Timur,"katanya.

Sementara itu, kata dia, sedikitnya persediaan kulit sapi tersebut juga diiringi dengan naiknya harga kulit sapi yang saat ini dijual mulai Rp15.000 hingga Rp20.000 per kilo gram (kg) dari harga sebelumnya pada 2012 yang masih berkisar Rp9.000 hingga Rp12.000 per kg.

"Wajar kalau persediaan sedikit lantas harganya naik. Sehingga harga jual wayang pun tentu kami sesuaikan,"katanya.

Dengan kenaikan harga bahan baku yang disebabkan sedikitnya persediaan, lanjut dia, masing-masing jenis wayang juga mengalami kenaikan 10 persen dari harga sebelumnya.

Untuk harga wayang kulit kategori kasar dan berukuran kecil saat ini rata-rata dibandrol dengan harga Rp30.000 hingga Rp50.000, wayang kulit berukuran sedang Rp300.000 sementara wayang kulit berukuran besar (Gunungan) dibandrol Rp750.000.

"Dengan naiknya harga bahan baku kami terpaksa menaikan harga masing-masing jenis wayang rata-rata 10 persen dari harga sebelumnya,"katanya.

Namun demikian dengan gejolak kenaikan harga jual tersebut,kata dia, rata-rata omzet perajin wayang kulit di Paguyuban yang ia pimpin masih stabil yang berkisar antara Rp30 juta-Rp40 juta per bulan.

Sebelumnya, Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi impor sapi bakalan pada 2013 hanya 288.000 ekor yang akan dibagi untuk 24 perusahaan penggemukan baik skala besar maupun kecil, padahal pada 2009 total impor sapi bakalan mencapai 765.000 ekor.
(KR-LQH)

Pewarta :
Editor : Heru Jarot Cahyono
Copyright © ANTARA 2024