Sleman (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta menegaskan bahwa hingga saat ini tidak ditemukan kasus antraks pada manusia di daerah itu.

"Kasus antraks di Kabupaten Sleman terakhir ditemukan pada 2003 lalu pada sapi yang mati di wilayah Kecamatan Pakem. Hasil pemeriksaan menyatakan bahwa sapi tersebut positif antraks," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Joko Hastaryo pada Sosialisasi Kebijakan Penanganan Antraks di Kabupaten Sleman, Kamis.

Menurut dia, antraks merupakan penyakit menular pada hewan peliharaan atau liar pemamah biak, seperti sapi, domba, kerbau, kuda, dan babi yang disebabkan oleh bakteri Bacillus antracis.

"Penyakit ini zoonosis atau bisa menular ke manusia melalui kulit, inhalasi, dan mulut melalui makanan dan bersifat spora," katanya.

Untuk pencegahan dan penanganan, pihaknya memberlakukan kebijakan pengamatan pada penderita atau tersangka antraks di wilayah terpapar.

Selain itu, katanya, pengobatan dengan antibiotik dosis tinggi sedini mungkin bila ada penderita dengan gejala mirip antraks di puskesmas atau rumah sakit.

"Kami juga memberikan penyuluhan pada masyarakat dan melakukan koordinasi bersama lintas sektor dalam rangka mencegah penyebaran penyakit ke daerah lain," katanya.

Medik Veteriner Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Sleman Wisnu Sutomo mengatakan pola penularan antraks pada manusia di antaranya karena kebiasaan penyembelihan ternak yang mati mendadak (rebahan).

"Biasanya daging 'rebahan' tersebut kemudian dibagikan ke tetangga, bahkan dengan alasan ekonomi ada yang dijual dengan harga murah. Penularan antraks juga dapat terjadi karena konsumsi daging yang dimasak kurang matang," katanya.

Ia mengatakan ternak yang mati mendadak karena antraks tidak boleh dibuka karena oksigen yang masuk ke tubuh hewan tersebut dapat membantu pembentukan spora antraks.

"Hewan ternak mati mendadak sebaiknya jangan disembelih atau dibuka agar oksigen tidak masuk sehingga bakteri antraks akan hancur karena tidak sempat membentuk spora bersama dengan bangkai," katanya.

Kepala Bagian Kesra Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman Iriansya mengatakan sosialisasi itu untuk menyamakan persepsi tentang penanganan penyakit antraks di daerah tersebut.

Sosialisasi diikuti 50 orang terdiri atas camat, kepala desa, puskesmas, puskeswan, dan penyuluh peternakan di Kabupaten Sleman.

Baca juga: Hasil pengujian sampel sapi di Yogyakarta negatif antraks

Pewarta : Victorianus Sat Pranyoto
Editor : Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2024