Sleman (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta menyiapkan 14 rumah sakit "intermediate" atau rumah sakit antara untuk menangani pasien dengan gejala COVID-19 sebagai upaya antisipasi potensi lonjakan jumlah kasus di wilayah tersebut.
"Rumah sakit 'intermediate' yang disiapkan tersebut merupakan rumah sakit kelas C dan D, baik itu rumah sakit umum maupun rumah sakit khusus," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Joko Hastaryo di Sleman, Senin.
Menurut dia, rumah sakit yang disiapkan tersebut di antaranya RS Panti Nugroho, RS Mitra Paramedika, Ghramedika 10, RS Condongcatur, RS Puri Husada, RSK Sadewa, RSKB Sinduadi, RS Queen Latifa, Mitra Sehat, Panti Baktiningsih, RS UAD, Arvita Bunda dan At Taurots.
"Rumah sakit rujukan antara ini diharapkan mampu membagi beban dengan rumah sakit rujukan. Karena kami tidak tahu ke depan kasus COVID-19 naik atau turun, sehingga kami siapkan potensi rumah sakit yang ada di Sleman," katanya.
Ia mengatakan, 14 rumah sakit tersebut disiapkan Pemkab Sleman untuk menangani pasien yang bergejala COVID-19 ringan baik berstatus ODP maupun PDP.
"Nantinya yang gejala ringan cukup ditangani di 14 rumah sakit ini, sementara 11 rumah sakit rujukan menangani pasien PDP COVID-19 komorbid atau penyakit penyerta berat," katanya.
Joko mengatakan, ada alasan Pemkab Sleman memilih opsi ini dibandingkan membangun rumah sakit baru. Selain biayanya besar, membangun rumah sakit baru tidak bisa selesai dalam waktu dekat.
"Makanya kami menggugah rumah sakit lainnya menjadi rumah sakit antara, ternyata semuanya setuju karena keinginan pengelola rumah sakit pasti ingin menolong yang sakit," katanya.
Ia mengatakan, pihaknya saat ini masih menunggu SK dari Bupati Sleman. Jika rumah sakit dinyatakan sudah siap menjadi "intermediate" yang ditetapkan melalui SK Bupati, maka rumah sakit tersebut akan merawat pasien yang terkait COVID-19.
"Dengan penambahan rumah sakit "intermediate" tersebut, minimal terdapat tambahan 14 ruang isolasi baru di wilayah Sleman. Kami bisa memberikan bantuan APD dan alkes, kalau untuk fasilitas lainnya bisa disiapkan rumah sakit," katanya.
"Rumah sakit 'intermediate' yang disiapkan tersebut merupakan rumah sakit kelas C dan D, baik itu rumah sakit umum maupun rumah sakit khusus," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Joko Hastaryo di Sleman, Senin.
Menurut dia, rumah sakit yang disiapkan tersebut di antaranya RS Panti Nugroho, RS Mitra Paramedika, Ghramedika 10, RS Condongcatur, RS Puri Husada, RSK Sadewa, RSKB Sinduadi, RS Queen Latifa, Mitra Sehat, Panti Baktiningsih, RS UAD, Arvita Bunda dan At Taurots.
"Rumah sakit rujukan antara ini diharapkan mampu membagi beban dengan rumah sakit rujukan. Karena kami tidak tahu ke depan kasus COVID-19 naik atau turun, sehingga kami siapkan potensi rumah sakit yang ada di Sleman," katanya.
Ia mengatakan, 14 rumah sakit tersebut disiapkan Pemkab Sleman untuk menangani pasien yang bergejala COVID-19 ringan baik berstatus ODP maupun PDP.
"Nantinya yang gejala ringan cukup ditangani di 14 rumah sakit ini, sementara 11 rumah sakit rujukan menangani pasien PDP COVID-19 komorbid atau penyakit penyerta berat," katanya.
Joko mengatakan, ada alasan Pemkab Sleman memilih opsi ini dibandingkan membangun rumah sakit baru. Selain biayanya besar, membangun rumah sakit baru tidak bisa selesai dalam waktu dekat.
"Makanya kami menggugah rumah sakit lainnya menjadi rumah sakit antara, ternyata semuanya setuju karena keinginan pengelola rumah sakit pasti ingin menolong yang sakit," katanya.
Ia mengatakan, pihaknya saat ini masih menunggu SK dari Bupati Sleman. Jika rumah sakit dinyatakan sudah siap menjadi "intermediate" yang ditetapkan melalui SK Bupati, maka rumah sakit tersebut akan merawat pasien yang terkait COVID-19.
"Dengan penambahan rumah sakit "intermediate" tersebut, minimal terdapat tambahan 14 ruang isolasi baru di wilayah Sleman. Kami bisa memberikan bantuan APD dan alkes, kalau untuk fasilitas lainnya bisa disiapkan rumah sakit," katanya.