Yogyakarta (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan penurunan harga telur ayam ras hingga cabai rawit mampu menahan tekanan inflasi di provinsi ini pada September 2023.
"Penurunan harga komoditas telur ayam ras, bawang merah, dan cabai rawit menjadi faktor penahan tekanan inflasi," kata Plh Kepala Kantor Perwakilan BI DIY Agung Budilaksono melalui keterangan resmi di Yogyakarta, Kamis.
Menurut Agung, penurun harga tersebut akibat pasokan yang terjaga karena produksi telur yang memadai dan panen raya bawang merah di Kabupaten Bantul dan Kulon Progo.
Di sisi lain, komoditas angkutan udara juga mencatatkan penurunan setelah puncak perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).
Agung menyatakan wilayah DIY mengalami inflasi bulanan (mtm) sebesar 0,29 persen pada September 2023 atau masih dalam kisaran sasaran 3,0±1 persen, sementara secara tahunan mengalami inflasi sebesar 3,30 persen (yoy).
Ia menilai masih terjaganya inflasi di DIY merupakan hasil koordinasi serangkaian implementasi kebijakan stabilisasi harga dan pemenuhan pasokan dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DIY.
Tekanan inflasi terutama disumbang oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau, serta kelompok transportasi.
"Inflasi dipengaruhi oleh kenaikan harga beras, wortel, dan bawang putih. Naiknya harga beras disebabkan oleh berkurangnya pasokan akibat El Nino," kata dia.
Menurut Agung, Bank Indonesia memprakirakan inflasi DIY akan terus berada pada kisaran targetnya didukung oleh upaya TPID DIY dalam ketersediaan pasokan dan kestabilan harga melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), seperti operasi pasar, pasar murah, dan implementasi Strategi Pengendalian Harga Pangan (SPHP).
"Kebijakan itu juga diperkuat oleh optimalisasi Kios Segoro Amarto sebagai acuan harga untuk menjaga daya beli, Kerja Sama Antar Daerah (KAD), serta monitoring risiko El Nino secara periodik," kata dia.
"Penurunan harga komoditas telur ayam ras, bawang merah, dan cabai rawit menjadi faktor penahan tekanan inflasi," kata Plh Kepala Kantor Perwakilan BI DIY Agung Budilaksono melalui keterangan resmi di Yogyakarta, Kamis.
Menurut Agung, penurun harga tersebut akibat pasokan yang terjaga karena produksi telur yang memadai dan panen raya bawang merah di Kabupaten Bantul dan Kulon Progo.
Di sisi lain, komoditas angkutan udara juga mencatatkan penurunan setelah puncak perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).
Agung menyatakan wilayah DIY mengalami inflasi bulanan (mtm) sebesar 0,29 persen pada September 2023 atau masih dalam kisaran sasaran 3,0±1 persen, sementara secara tahunan mengalami inflasi sebesar 3,30 persen (yoy).
Ia menilai masih terjaganya inflasi di DIY merupakan hasil koordinasi serangkaian implementasi kebijakan stabilisasi harga dan pemenuhan pasokan dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DIY.
Tekanan inflasi terutama disumbang oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau, serta kelompok transportasi.
"Inflasi dipengaruhi oleh kenaikan harga beras, wortel, dan bawang putih. Naiknya harga beras disebabkan oleh berkurangnya pasokan akibat El Nino," kata dia.
Menurut Agung, Bank Indonesia memprakirakan inflasi DIY akan terus berada pada kisaran targetnya didukung oleh upaya TPID DIY dalam ketersediaan pasokan dan kestabilan harga melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), seperti operasi pasar, pasar murah, dan implementasi Strategi Pengendalian Harga Pangan (SPHP).
"Kebijakan itu juga diperkuat oleh optimalisasi Kios Segoro Amarto sebagai acuan harga untuk menjaga daya beli, Kerja Sama Antar Daerah (KAD), serta monitoring risiko El Nino secara periodik," kata dia.