Yogyakarta (ANTARA) - Maybank Indonesia mendukung eco-village di Kelurahan Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), melalui penanganan persoalan sampah berkelanjutan dengan memanfaatkan Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, dan Recycle (TPS 3R).
"Dukungan pembangunan fasilitas pengelolaan sampah organik tersebut untuk mendorong terciptanya eco-village di Bangunjiwo," kata Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria pada peluncuran program eco-village oleh Yayasan Maybank Indonesia di Kelurahan Bangunjiwo, Bantul, Sabtu (25/11).
Ia mengemukakan, fasilitas TPS 3R ini tidak hanya menjadi tempat pemrosesan, tetapi juga akan dilengkapi dengan pelatihan terkait pengelolaan sampah dan pemanfaatan lahan produktif.
"Selain itu, fasilitas ini juga direncanakan berkembang menjadi bank sampah yang berfungsi lebih holistik. Fasilitas ini diharapkan mampu mengelola sekitar 500 kilogram sampah organik per hari," ujar Taswin.
Melalui fasilitas pengelolaan sampah organik dan budidaya BSF, Maybank Indonesia berharap dapat meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan pengelolaan seluruh sampah organik di TPS 3R.
"Langkah ini sejalan dengan komitmen Maybank Indonesia untuk berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan dan pengelolaan sampah agar terjadi perubahan perilaku yang lebih baik di Yogyakarta," kata Taswin.
Pendiri Yayasan Benih Baik Firdaus Juli mengatakan pihaknya berkomitmen untuk menciptakan perubahan positif dalam pola pikir masyarakat terhadap pengelolaan sampah.
"Dengan upaya bersama, Yogyakarta dapat menjadi contoh dalam pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan memberikan inspirasi bagi daerah lain di Indonesia," katanya.
Ia mengungkapkan penggunaan maggot tidak hanya memberikan hasil finansial yang baik, tetapi juga memiliki dampak positif terhadap lingkungan.
"Maggot telah terbukti menjadi pilihan ekonomis yang menguntungkan. Dengan harga yang terjangkau, aggot menjadi alternatif yang menarik, terutama jika dibandingkan dengan pilihan lain yang lebih mahal," tutur Firdaus.
Lurah Bangunjiwo Parja mengemukakan, di kelurahannya terdapat sekitar 10 ribu kepala keluarga (KK) dengan 30 jiwa. Satu KK menghasilkan hingga 1 kilogram sampah setiap hari, sehingga ada satu ton sampah setiap hari yang harus ditangani.
"Sampah di Bangunjiwo harus habis di Bangunjiwo, sehingga tidak membebani TPA Piyungan. Oleh karena itu, warga melakukan pengolahan sampah, baik organik maupun anorganik," katanya.
Ia mengatakan, di lahan yang terletak di Dusun Petung dengan luas 150 meter persegi itu warga melakukan pengolahan sampah organik dan anorganik. Dalam mengurai sampah organik, warga memanfaatkan maggot atau black soldier fly (BSF).
"Budi daya maggot bisa membantu mengurai sampah secara efektif dan efisien, serta memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat. Saat ini harga larva maggot sekitar Rp50-60 ribu per kilogram. Maggot baik untuk pakan ternak ayam dan ikan, termasuk ikan hias," katanya.
Menurut dia, kandang maggot dan TPS 3R tersebut juga menyatu dengan tanaman buah kelengkeng, alpukat, dan sawo, yang ditanam bersama-sama oleh pihak Maybank, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DIY dan Bantul, Kecamatan Kasihan, Kelurahan Bangunjiwo, Benih Baik, dan sejumlah bankers Maybank.
"Dalam lima hingga enam tahun ke depan, buah-buah tersebut bisa dipanen, sehingga harapan pengelola membuat agrowisata bisa terwujud," kata Parja.
"Dukungan pembangunan fasilitas pengelolaan sampah organik tersebut untuk mendorong terciptanya eco-village di Bangunjiwo," kata Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria pada peluncuran program eco-village oleh Yayasan Maybank Indonesia di Kelurahan Bangunjiwo, Bantul, Sabtu (25/11).
Ia mengemukakan, fasilitas TPS 3R ini tidak hanya menjadi tempat pemrosesan, tetapi juga akan dilengkapi dengan pelatihan terkait pengelolaan sampah dan pemanfaatan lahan produktif.
"Selain itu, fasilitas ini juga direncanakan berkembang menjadi bank sampah yang berfungsi lebih holistik. Fasilitas ini diharapkan mampu mengelola sekitar 500 kilogram sampah organik per hari," ujar Taswin.
Melalui fasilitas pengelolaan sampah organik dan budidaya BSF, Maybank Indonesia berharap dapat meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan pengelolaan seluruh sampah organik di TPS 3R.
"Langkah ini sejalan dengan komitmen Maybank Indonesia untuk berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan dan pengelolaan sampah agar terjadi perubahan perilaku yang lebih baik di Yogyakarta," kata Taswin.
Pendiri Yayasan Benih Baik Firdaus Juli mengatakan pihaknya berkomitmen untuk menciptakan perubahan positif dalam pola pikir masyarakat terhadap pengelolaan sampah.
"Dengan upaya bersama, Yogyakarta dapat menjadi contoh dalam pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan memberikan inspirasi bagi daerah lain di Indonesia," katanya.
Ia mengungkapkan penggunaan maggot tidak hanya memberikan hasil finansial yang baik, tetapi juga memiliki dampak positif terhadap lingkungan.
"Maggot telah terbukti menjadi pilihan ekonomis yang menguntungkan. Dengan harga yang terjangkau, aggot menjadi alternatif yang menarik, terutama jika dibandingkan dengan pilihan lain yang lebih mahal," tutur Firdaus.
Lurah Bangunjiwo Parja mengemukakan, di kelurahannya terdapat sekitar 10 ribu kepala keluarga (KK) dengan 30 jiwa. Satu KK menghasilkan hingga 1 kilogram sampah setiap hari, sehingga ada satu ton sampah setiap hari yang harus ditangani.
"Sampah di Bangunjiwo harus habis di Bangunjiwo, sehingga tidak membebani TPA Piyungan. Oleh karena itu, warga melakukan pengolahan sampah, baik organik maupun anorganik," katanya.
Ia mengatakan, di lahan yang terletak di Dusun Petung dengan luas 150 meter persegi itu warga melakukan pengolahan sampah organik dan anorganik. Dalam mengurai sampah organik, warga memanfaatkan maggot atau black soldier fly (BSF).
"Budi daya maggot bisa membantu mengurai sampah secara efektif dan efisien, serta memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat. Saat ini harga larva maggot sekitar Rp50-60 ribu per kilogram. Maggot baik untuk pakan ternak ayam dan ikan, termasuk ikan hias," katanya.
Menurut dia, kandang maggot dan TPS 3R tersebut juga menyatu dengan tanaman buah kelengkeng, alpukat, dan sawo, yang ditanam bersama-sama oleh pihak Maybank, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DIY dan Bantul, Kecamatan Kasihan, Kelurahan Bangunjiwo, Benih Baik, dan sejumlah bankers Maybank.
"Dalam lima hingga enam tahun ke depan, buah-buah tersebut bisa dipanen, sehingga harapan pengelola membuat agrowisata bisa terwujud," kata Parja.