Jakarta (ANTARA) - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan adanya peradaban megalitik (sekitar tahun 2500-200 sebelum masehi) yang religius dari nenek moyang yang tinggal di sekitar Gunung Slamet, Jawa Tengah.
"Kehidupan masyarakat megalitik dilatari oleh kepercayaan terhadap kekuatan supranatural. Mereka menganggap bahwa ada kekuatan di luar dirinya yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia di dunia," kata Peneliti Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah BRIN Priyatno Hadi dalam seminar tentang Rekam Jejak Manusia dan Budaya Austronesia di Nusantara yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Hadi memaparkan hal tersebut dibuktikan dengan adanya semacam pola dari situs megalitik yang merupakan susunan batu-batu besar, yang ditemukan di wilayah Gunung Slamet.
Ia menyebutkan, pola penempatan situs megalitik di lereng Gunung Slamet berada pada lereng bawah (low land) dan lereng tengah (middle land).
Meskipun situs megalitik tidak diletakkan di puncak, menurut Hadi pada zaman tersebut bangunan pemujaan cukup diletakkan dengan mengarahkan orientasi ke puncak gunung.
"Penempatan lokasi situs ini membuktikan bahwa kebutuhan spiritualitas mereka telah terpenuhi dengan mendirikan bangunan pemujaan di lokasi tersebut," ujarnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BRIN ungkap adanya peradaban megalitik yang religius di Gunung Slamet
"Kehidupan masyarakat megalitik dilatari oleh kepercayaan terhadap kekuatan supranatural. Mereka menganggap bahwa ada kekuatan di luar dirinya yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia di dunia," kata Peneliti Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah BRIN Priyatno Hadi dalam seminar tentang Rekam Jejak Manusia dan Budaya Austronesia di Nusantara yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Hadi memaparkan hal tersebut dibuktikan dengan adanya semacam pola dari situs megalitik yang merupakan susunan batu-batu besar, yang ditemukan di wilayah Gunung Slamet.
Ia menyebutkan, pola penempatan situs megalitik di lereng Gunung Slamet berada pada lereng bawah (low land) dan lereng tengah (middle land).
Meskipun situs megalitik tidak diletakkan di puncak, menurut Hadi pada zaman tersebut bangunan pemujaan cukup diletakkan dengan mengarahkan orientasi ke puncak gunung.
"Penempatan lokasi situs ini membuktikan bahwa kebutuhan spiritualitas mereka telah terpenuhi dengan mendirikan bangunan pemujaan di lokasi tersebut," ujarnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BRIN ungkap adanya peradaban megalitik yang religius di Gunung Slamet