Sleman (Antara Jogja) - Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta masih menunggu cuaca membaik untuk melakukan ekskavasi di sejumlah titik lokasi penemuan situs prasejarah di Kabupaten Gunung Kidul.
"Eksvakasi situs prasejarah di Gunung Kidul belum memungkinkan dilakukan saat ini, kami menunggu sampai gangguan cuaca saat ini intensitasnya menurun. Sebab medan di kawasan tersebut sulit dijangkau, karena sangat luas dan ada yang rawan longsor," kata Kepala Seksi Perlindungan Pengembangan dan Pemanfaatan, BPCB Yogyakarta Wahyu Astuti, Minggu.
Menurut dia, lokasi situs-situs prasejarah tersebut medannya cukup luas dan berat, seperti Gua Braholo di Kecamatan Rongkop, yang ada kerawanan longsor dan membahayakan para petugas.
"Kemudian, di aliran Sungai Oya yang cukup luas kawasannya. Ada kerawanan longsor, kondisi jalan yang tidak baik dan ruang lingkupnya cukup luas," katanya.
Ia mengatakan, proses ekskavasi ini kemungkinan besar baru dimulai antara April atau Mei 2015 mendatang hingga kondisi cuaca yang benar-benar mendukung.
"Proses ekskavasi situs prasejarah di Gunung Kidul ini nantinya juga masih belum ditentukan. Apakah dalam satu tahun ini, dilakukan satu kali atau dibagi dua. Yaitu awal dan akhir tahun, seperti saat dilakukan ekskavasi di Candi Tinjon, Prambanan. Tergantung nantinya kebutuhan, atau apakah ada temuan-temuan yang baru lagi," katanya.
Wahyu mengatakan, ekskavasi di Gunung Kidul ini pun dilakukan di beberapa titik seperti di temuan peti kubur di Playen, kuburan kuno di Klayar, Nglipar, fosil di Sungai Oya, serta Gua Braholo di Rongkop.
Kepala BPCB Yogyakarta Tri Hartono mengatakan, ada kekhawatiran warga umum mencari fosil atau peralatan prasejarah di Sungai Oya, potensi ini terutama timbul karena begitu luasnya kawasan tersebut.
"Sebelum dilakukan proses ekskavasi ini, pihaknya pun meminta para juru pelihara (jupel) meningkatkan kewaspadaannya. Lembah Sungai Oya, banyak orang yang mencari bebatuan," katanya.
Ia mengatakan, ekskavasi situs prasejarah di Gunung Kidul ini begitu penting untuk mengetahui kehidupan-kehidupan di masa prasejarah atau dua ribu tahun silam.
"Sebelum manusia mengenal tulisan, atau lebih tua dari masa candi-candi. Di sepanjang Sungai Oya tersebut, diprediksi dulunya merupakan pemukiman padat manusia di masa prasejarah," katanya.
(V001)
Berita Lainnya
DPRD DIY kunjungi situs sejarah Rengasdengklok, pelajari perjuangan kemerdekaan Indonesia
Jumat, 13 Desember 2024 9:57 Wib
Israel menghancurkan situs makam putra Nabi Yakub di Lebanon
Kamis, 17 Oktober 2024 12:15 Wib
Generasi muda tanam pohon di Situs Sejarah Trowulan, Jatim, jaga kelestarian
Rabu, 28 Agustus 2024 17:20 Wib
Pemerintah sanksi berat penyedia jasa di Indonesia terindikasi judi online
Rabu, 21 Agustus 2024 12:46 Wib
Indonesia blokir akses 32 situs pulsa terkait aktivitas judi online
Jumat, 9 Agustus 2024 15:26 Wib
Pemerintah temukan 13 situs warisan geologi skala internasional di Kebumen, Jateng
Sabtu, 3 Agustus 2024 7:00 Wib
Warga harus hati-hati, kualitas udara Jakarta tak sehat
Sabtu, 20 Juli 2024 5:34 Wib
Wisata Alam Menipo, NTT, sebagai Situs Ramsar kedelapan di Indonesia
Minggu, 23 Juni 2024 19:34 Wib