Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mengoptimalkan deteksi dini penyakit tuberkulosis (TB) melalui pencarian kasus secara aktif (active case finding/ACF) pada kelompok berisiko tinggi di wilayah itu.
"Kelompok dengan risiko tinggi TB seperti anak-anak, orang dengan HIV/AIDS dan penderita diabetes melitus," ujar Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Lana Unwanah dalam keterangannya di Yogyakarta, Jumat.
Selain menyasar kelompok berisiko tinggi, kata Lana, pihaknya juga menggencarkan pencarian kasus pada lokus wilayah dengan potensi kasus TB yang tinggi.
Baca juga: Pemerintah dirikan rumah singgah pasien TB di Indonesia
Selama tiga tahun terakhir, menurut dia, Pemkot Yogyakarta bersama Zero TB Yogya bekerja sama untuk melakukan ACF yang menyasar seluruh kelompok masyarakat di setiap wilayah untuk deteksi dini.
Dia menegaskan bahwa untuk memutus mata rantai penyebaran TB tidak sekadar menyasar pasien saja, tapi juga orang serumah atau yang memiliki intensitas kontak erat dengan pasien.
Hingga Juli 2024, Pemkot Yogyakarta mencatat temuan 775 kasus TB dengan tingkat keberhasilan pengobatan mencapai 70,4 persen, dengan 30 persen diantaranya merupakan TB resisten obat.
Pasien TB yang kontaknya diperiksa mencakup 15,74 persen dan kontak serumah yang mendapatkan pengobatan pencegahan 25 persen.
Lana mengimbau masyarakat terus menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), dan ketika memiliki gejala, seperti demam selama lebih dari dua minggu, batuk berkepanjangan atau penurunan berat badan agar segera mengunjungi puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
"TBC bisa sembuh dengan penanganan dan pengobatan yang tepat. Untuk itu jangan ragu periksa, karena kesadaran diri sendiri untuk menanggulangi TBC sangat penting agar penyakit ini segera teratasi dengan tuntas," ujar dia.
Baca juga: Dokter: Pengobatan TB anak harus sampai tuntas
Staf Ahli Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemkot Yogyakarta Wirawan Hario Yudo mengatakan selain berdampak pada permasalahan kesehatan, TB juga memengaruhi kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Oleh sebab itu, penanggulangannya harus dilakukan dengan strategi pencegahan, penanganan, dan pengobatan yang tepat.
"Penanggulangan TB menjadi pekerjaan bersama lintas sektor, yang di dalam pelaksanaannya harus dilakukan dengan gerakan aktif dan masif, melibatkan seluruh lapisan masyarakat untuk mencapai Eliminasi TBC tahun 2030 secara nasional, dan Zero TB 2026 di Kota Yogya," tutur Wirawan.
Baca juga: 385 pasien TB di Indonesia setiap hari meninggal dunia
"Kelompok dengan risiko tinggi TB seperti anak-anak, orang dengan HIV/AIDS dan penderita diabetes melitus," ujar Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Lana Unwanah dalam keterangannya di Yogyakarta, Jumat.
Selain menyasar kelompok berisiko tinggi, kata Lana, pihaknya juga menggencarkan pencarian kasus pada lokus wilayah dengan potensi kasus TB yang tinggi.
Baca juga: Pemerintah dirikan rumah singgah pasien TB di Indonesia
Selama tiga tahun terakhir, menurut dia, Pemkot Yogyakarta bersama Zero TB Yogya bekerja sama untuk melakukan ACF yang menyasar seluruh kelompok masyarakat di setiap wilayah untuk deteksi dini.
Dia menegaskan bahwa untuk memutus mata rantai penyebaran TB tidak sekadar menyasar pasien saja, tapi juga orang serumah atau yang memiliki intensitas kontak erat dengan pasien.
Hingga Juli 2024, Pemkot Yogyakarta mencatat temuan 775 kasus TB dengan tingkat keberhasilan pengobatan mencapai 70,4 persen, dengan 30 persen diantaranya merupakan TB resisten obat.
Pasien TB yang kontaknya diperiksa mencakup 15,74 persen dan kontak serumah yang mendapatkan pengobatan pencegahan 25 persen.
Lana mengimbau masyarakat terus menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), dan ketika memiliki gejala, seperti demam selama lebih dari dua minggu, batuk berkepanjangan atau penurunan berat badan agar segera mengunjungi puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
"TBC bisa sembuh dengan penanganan dan pengobatan yang tepat. Untuk itu jangan ragu periksa, karena kesadaran diri sendiri untuk menanggulangi TBC sangat penting agar penyakit ini segera teratasi dengan tuntas," ujar dia.
Baca juga: Dokter: Pengobatan TB anak harus sampai tuntas
Staf Ahli Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemkot Yogyakarta Wirawan Hario Yudo mengatakan selain berdampak pada permasalahan kesehatan, TB juga memengaruhi kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Oleh sebab itu, penanggulangannya harus dilakukan dengan strategi pencegahan, penanganan, dan pengobatan yang tepat.
"Penanggulangan TB menjadi pekerjaan bersama lintas sektor, yang di dalam pelaksanaannya harus dilakukan dengan gerakan aktif dan masif, melibatkan seluruh lapisan masyarakat untuk mencapai Eliminasi TBC tahun 2030 secara nasional, dan Zero TB 2026 di Kota Yogya," tutur Wirawan.
Baca juga: 385 pasien TB di Indonesia setiap hari meninggal dunia