Kulon Progo (ANTARA) - Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyelenggarakan koordinasi unit layanan disabilitas (ULD) ketenagakerjaan dan perangkat daerah dalam penyediaan kuota pemberdayaan dan pelatihan bagi penyandang disabilitas di wilayah itu supaya mandiri.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kulon Progo Bambang Sutrisno di Kulon Progo, Selasa, mengatakan kegiatan ini bersinergi dengan Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB) Indonesia
diharapkan agar terbangun komunikasi dan koordinasi antara Unit Layanan Disabilitas Ketenagakerjaan, perangkat daerah pengampu kegiatan pemberdayaan dan pelatihan masyarakat dengan Kelompok Difabel Kalurahan (KDK) yang didampingi oleh SIGAB Indonesia.
"Output yang diharapkan adalah seluruh pemangku kepentingan terkait agar memiliki komitmen penyediaan kuota bagi penyandang disabilitas dalam kegiatan pemberdayaan dan pelatihan yang diselenggarakan," kata Bambang.
Ia mengatakan disabilitas yang produktif di Kulon Progo sebanyak 1.447 jiwa dari lebih dari 5.000 jiwa. Sehingga mereka membutuhkan pelatihan kerja, dan kesempatan kerja, serta mandiri membuka pekerjaan.
"Kalau jumlah disabilitas usia produktif dan masih dapat diberdayakan (tingkat disabilitas ringan dan sedang, bisa melakukan aktivitas mandiri) sejumlah 1.447 jiwa," katanya.
Bambang mengatakan hasil dari komunikasi dengan guru-guru SLB, arahnya bekal pelatihan keterampilan untuk wirausaha mandiri.
"Mereka harus diberikan keterampilan supaya mereka mandiri, dan bisa membuka lapangan pekerjaan," katanya.
Menurut dia, disabilitas usia produktif usia 18 tahun sampai dengan 35 tahun juga sebetulnya perlu pelatihan terkait mental, karakter, softskill untuk persiapan masuk ke dunia kerja yang inklusi.
"Hal itu yang dibutuhkan disabilitas di Kulon Progo, sehingga mereka mandiri," kata dia.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kulon Progo Bambang Sutrisno di Kulon Progo, Selasa, mengatakan kegiatan ini bersinergi dengan Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB) Indonesia
diharapkan agar terbangun komunikasi dan koordinasi antara Unit Layanan Disabilitas Ketenagakerjaan, perangkat daerah pengampu kegiatan pemberdayaan dan pelatihan masyarakat dengan Kelompok Difabel Kalurahan (KDK) yang didampingi oleh SIGAB Indonesia.
"Output yang diharapkan adalah seluruh pemangku kepentingan terkait agar memiliki komitmen penyediaan kuota bagi penyandang disabilitas dalam kegiatan pemberdayaan dan pelatihan yang diselenggarakan," kata Bambang.
Ia mengatakan disabilitas yang produktif di Kulon Progo sebanyak 1.447 jiwa dari lebih dari 5.000 jiwa. Sehingga mereka membutuhkan pelatihan kerja, dan kesempatan kerja, serta mandiri membuka pekerjaan.
"Kalau jumlah disabilitas usia produktif dan masih dapat diberdayakan (tingkat disabilitas ringan dan sedang, bisa melakukan aktivitas mandiri) sejumlah 1.447 jiwa," katanya.
Bambang mengatakan hasil dari komunikasi dengan guru-guru SLB, arahnya bekal pelatihan keterampilan untuk wirausaha mandiri.
"Mereka harus diberikan keterampilan supaya mereka mandiri, dan bisa membuka lapangan pekerjaan," katanya.
Menurut dia, disabilitas usia produktif usia 18 tahun sampai dengan 35 tahun juga sebetulnya perlu pelatihan terkait mental, karakter, softskill untuk persiapan masuk ke dunia kerja yang inklusi.
"Hal itu yang dibutuhkan disabilitas di Kulon Progo, sehingga mereka mandiri," kata dia.