Kulon Progo (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengajak seluruh pemuda di wilayah ini berperan aktif dan ikut serta membangun Kulon Progo ke depan menuju Indonesia Emas 2045.
"Harapan kami pemuda ini menjadi mitra pemerintah, yang tentunya kita saling berdialog, berkomunikasi apa yang memang bisa kita optimalkan bersama," kata Penjabat Bupati Kulon Progo Srie Nurkyatsiwi usai Upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda Ke-96 Tahun 2024 bertajuk “Maju Bersama Indonesia Raya", di Kulon Progo, Senin.
Ia berharap pemuda sebagai aset bangsa agar terus meningkatkan kompetensinya di tengah tantangan perkembangan teknologi dan ekonomi dunia yang sangat pesat.
"Mari kita tingkatkan kompetensi serta terus berkreativitas dan berinovasi untuk mewujudkan cita-cita bangsa kita menuju kesejahteraan Indonesia," ucap Siwi.
Namun demikian, Siwi juga mengingatkan para pemuda untuk membekali diri dengan hal-hal positif agar mampu menghindar dari gempuran budaya asing, media sosial dan lingkungan yang semakin kompleks.
"Kita banyak gempuran, beberapa dari budaya luar, kita harus punya tameng. Bagaimana kita tidak serta merta menerima budaya luar, bukan berarti budaya luar itu tidak bagus, tetapi kita harus bisa menyaring," kata Siwi.
"Harapan kami pemuda ini menjadi mitra pemerintah, yang tentunya kita saling berdialog, berkomunikasi apa yang memang bisa kita optimalkan bersama," kata Penjabat Bupati Kulon Progo Srie Nurkyatsiwi usai Upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda Ke-96 Tahun 2024 bertajuk “Maju Bersama Indonesia Raya", di Kulon Progo, Senin.
Ia berharap pemuda sebagai aset bangsa agar terus meningkatkan kompetensinya di tengah tantangan perkembangan teknologi dan ekonomi dunia yang sangat pesat.
"Mari kita tingkatkan kompetensi serta terus berkreativitas dan berinovasi untuk mewujudkan cita-cita bangsa kita menuju kesejahteraan Indonesia," ucap Siwi.
Namun demikian, Siwi juga mengingatkan para pemuda untuk membekali diri dengan hal-hal positif agar mampu menghindar dari gempuran budaya asing, media sosial dan lingkungan yang semakin kompleks.
"Kita banyak gempuran, beberapa dari budaya luar, kita harus punya tameng. Bagaimana kita tidak serta merta menerima budaya luar, bukan berarti budaya luar itu tidak bagus, tetapi kita harus bisa menyaring," kata Siwi.