London (ANTARA Jogja) - Perkumpulan masyarakat Indonesia atau Paguyuban Joglo Semar menyelenggarakan gelar Budaya Jawa dan Indonesia di "Sale Communal", di daerah Petit Lancy, pingiran kota Jenewa, Swiss.
Pensosbud KBRI Bern Mohammad Budiman Wiriakusumah kepada ANTARA London, Rabu, mengatakan Paguyuban Joglo Semar yang berpusat di kota Jenewa itu, didirikan pada Januari 2010, yang beranggotakan 102 orang.
Dalam acara pergelaran budaya tersebut hadir Duta Besar/Wakil Tetap RI untuk PBB Dian Triansyah Djani bersama Dubes Djoko Susilo, dan ikut menyanyikan lagu "Gundul-gundul pacul".
Menurut ketua paguyuban Sri Joko Wiyono, Joglo Semar awalnya terdiri atas anggota masyarakat Indonesia yang berasal dari Yogyakarta, Solo, Semarang, dan sekitarnya.
Pergelaran budaya ini juga menjadi ajang promosi budaya Indonesia kepada masyarakat setempat, dengan mengundang keluarga dan kerabat dari berbagai negara, khususnya yang bertempat tinggal di kota Jenewa, yang terkenal sebagai kota internasional, dan merupakan markas besar PBB serta organisasi internasional lainnya.
Dubes RI untuk Konfederasi Swiss dan Keharyapatihan Liechtenstei Djoko Susilo merasa bangga dengan adanya Joglo Semar yang turut secara aktif berpartisipasi dalam mempromosikan budaya Indonesia yang sangat beragam.
Namun, dalam perkembangannya banyak masyarakat Indonesia lainnya yang berasal dari daerah lain ikut bergabung dalam paguyuban ini.
Ia mengatakan salah satu tujuan paguyuban ini adalah sebagai rumah silaturahmi, sekaligus sebagai tempat untuk menggali budaya Indonesia khususnya budaya Jawa.
Berbagai kegiatan dilakukan di antaranya membuat kelas belajar gamelan, belajar menari Jawa dan tarian daerah lainnya, demo masakan Indonesia, serta kegiatan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan promosi budaya Indonesia.
Diakuinya, banyak tantangan yang dihadapi paguyuban ini diantaranya adalah permasalah tempat/lokal untuk mengadakan pertemuan mengingat anggota paguyuban semakin hari semakin bertambah.
Namun, kata dia, hal ini tidak membuat pengurus putus asa, salah satu jalan keluarnya adalah dengan menggunakan gedung pertemuan yang dimiliki pemerintah komunal setingkat kecamatan yang memberikan kesempatan kepada perkumpulan asing melakukan kegiatan budaya.
Bahkan, dalam kegiatannya juga secara aktif mengajak masyarakat asing untuk bergabung belajar menabuh gamelan dan menari.
Selain gamelan dan tarian Jawa, acara pada siang hari itu juga diisi tarian dari Bali dan Sumatera. Acara ditutup dengan penarikan undian tombola, dengan hadiah pertama tiket ke Bali sumbangan dari perusahaan penerbangan KLM dan Air France.
(H-ZG)
