Kulon Progo (Antara Jogja) - Tim Pembina Pos Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyatakan jumlah balita penderita gizi buruk di kabupaten itu sebanyak 177 anak, dan gizi kurang 2.269 anak.
"Jumlah itu belum termasuk balita kurus dan balita kurus sekali sebanyak 710 anak," kata Ketua Tim Pembina Pos Pemberdayaan Masyarakat (Posdaya) Kulon Progo Sri Harmintarti di Kulon Progo, Kamis.
Ia mengatakan data yang dimiliki Posdaya Kulon Progo itu berdasarkan deteksi tumbuh kembang dini di Posyandu berdasarkan berat badan per umur.
"Jumlah tersebut kemudian diklarifikasi dengan mendasarkan pada berat badan per tinggi badan, sehingga diperoleh jumlah 710 anak kurus dan anak kurus sekali," katanya.
Dengan masih tingginya jumlah balita penderita kurang gizi, kata Hermintarti, Posdaya Kulon Progo berperan serta dalam penanganannya, seperti mengupayakan bantuan susu formula dari salah satu produsen di Yogyakarta.
Balita penerima bantuan susu sebanyak 710 anak, terdiri atas 58 anak kurus sekali, dan anak kurus.
Rencananya, pemberian bantuan susu tersebut akan dilakukan pada Senin, 6 Mei 2013 di Posyandu Gunung Gempal, Giripeni, Wates.
Ia mengatakan, dalam jangka waktu 1,6 bulan, Posyandu Kulon Progo akan melakukan evaluasi terkait pertambahan berat badan balita penerima bantuan itu.
"Sebanyak 710 anak dari usia enam bulan sampai lima tahun itu yang akan diberi bantuan susu, masing-masing anak enam dus digunakan selama 1,5 bulan. Total sebanyak 5.290 kemasan susu," katanya.
Kabid Pelayanan Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulon Progo Wahyuni Indri Astuti mengatakan bantuan susu tersebut tidak boleh diminum dalam wujud cair oleh balita, karena bila diminum cair akan bertentangan dengan PP Nomor 33 Tahun 2012 tentang air susu ibu (ASI) eksklusif, dimana ASI diberikan kepada bayi sampai usia dua tahun.
"Sehingga, dalam pemberiannya, sebagai makanan pendamping ASI, jadi ASI tetap diberikan terus," katanya.
Ia mengatakan 87 persen kasus gizi buruk di Kulon Progo disebabkan karena faktor kemiskinan.
Untuk mengatasinya, kata dia, harus dilakukan sinergis dalam pengentasan kemiskinan. Seperti, bekerja sama dengan Dinsosnakertrans dan Posdaya.
"Selain kemiskinan, fator lain penyebab gizi buruk yaitu akibat penyakit penyerta, dan akibat pola asuh," katanya.***4***
Masduki Attamami
(U.KR-STR/B/M008/M008) 02-05-2013 20:03:09