Surono: tremor masih terekam di Gunung Slamet

id surono gunung slamet

Surono: tremor masih terekam di Gunung Slamet

Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Surono. (antaranews.com)

Purwokerto (Antara Jogja) - Gempa tremor yang masih terekam di Gunung Slamet, Jawa Tengah, menjadi tanda aktivitas kegempaan gunung tersebut tetap tinggi, kata Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Surono.

"Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aktivitas kegempaan Gunung Slamet masih tinggi, sehingga statusnya tetap 'Siaga'," kata Surono saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Senin.

Dia mengatakan kesimpulan tersebut berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi di Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Slamet, Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang.

Ia mengatakan dalam pengamatan pada Minggu (12/10), pukul 18.00-24.00 WIB, Gunung Slamet secara visual terhalang kabut, sedangkan dari kegempaan terekam gempa tremor menerus pada pukul 21.48-00.00 WIB dan 82 kali gempa embusan.

Pada Senin (13/10), pukul 00.00-06.00 WIB, Gunung Slamet secara visual teramati embusan asap putih tipis hingga tebal dengan tinggi kolom asap 50-150 meter.

"Dari sisi kegempaan terekam gempa tremor menerus pada pukul 00.00-03.10 WIB dan 55 kali gempa embusan," katanya.

Disinggung mengenai kemungkinan energi yang dikumpulkan Gunung Slamet melalui akvitas tremor selama hampir satu bulan hanya dikeluarkan dalam bentuk embusan asap, pria yang akrab disapa Mbah Rono itu membenarkan.

Bahkan, dia mengharapkan energi yang dikeluarkan tersebut tetap berupa embusan asap, bukan material pijar seperti beberapa waktu sebelumnya.

 Saat dihubungi secara terpisah, Kepala Pos PGA Slamet Sudrajat mengakui aktivitas Gunung Slamet yang teramati secara visual dalam kurun waktu hampir satu bulan itu, hanya berupa embusan asap berwarna putih yang tidak terlalu tinggi.

"Gejala yang terlihat di permukaan hanya seperti itu, tidak ada yang lain, sedangkan secara kegempaan masih ada tremor. Artinya, belum stabil sehingga menimbulkan gempa-gempa yang sampai terekam," katanya.

Pihaknya akan terus memantau perkembangan aktivitas Gunung Slamet.

"Ke depan, apakah nanti pada suatu saat akan mencapai titik yang stabil kemudian berhenti, atau bertambah terus? Ya kita ikuti saja perkembangannya dari waktu ke waktu," katanya.

Disinggung mengenai kemungkinan Gunung Slamet kembali erupsi seperti pada 17-18 September, setelah sempat terlihat tenang selama beberapa hari, dia mengatakan kemungkinan itu tetap bisa terjadi karena aktivitas kegempaan Gunung Slamet masih tinggi. (KR-SMT)
Pewarta :
Editor: Heru Jarot Cahyono
COPYRIGHT © ANTARA 2024