Warga korban Merapi deklarasi huntap layak huni

id warga korban merapi

Warga korban Merapi deklarasi huntap layak huni

Hunian tetap korban bencana Gunung Merapi (Foto antaranews.com)

Sleman (Antara Jogja) - Warga korban erupsi Gunung Merapi pada 2010 di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, serta Kabupaten Magelang, Klaten, dan Boyolali, Jawa Tengah, yang tinggal di hunian tetap atau relokasi, mendeklarasikan permukiman layak huni berkelanjutan.

Deklarasi tersebut dibacakan perwakilan Huntap Kuwang, Argomulyo, Sleman, Eko pada saat digelar kegiatan budaya "Kenduri Gunung Omah" di Gedung Serba Guna Hunian Tetap (Huntap) Pager Jurang, Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Kamis.

Eko yang juga dukuh eks Dusun Bakalan yang telah hancur itu membacakan deklarasi diikuti perwakilan penghuni huntap se-Kabupaten Sleman, Magelang, Klaten, dan Boyolali, dan dilanjutkan penandatanganan deklarasi.

Isi deklarasi tersebut antara lain warga terdampak erupsi Merapi 2010 merasa senang dan bahagia atas perhatian dan kepedulian pemerintah yang telah memberikan bantuan dan stimulan kepada penghuni Huntap untuk membangun kembali huntap yang telah dilengkapi dengan insfrastruktur permukiman dan sarana untuk prengurangan risiko bencana di kawasan yang lebih aman.

"Penghuni huntap juga merasa bangga menmdapatkan pendampingan pemerintah dan para fasilitator dalam upaya membangun kembali kehidupan dan penghidupan di permukiman yang baru," kata Eko.

Ia mengatakan, sebaga rasa syukur tersebut penghuni Huntap bertekad untuk merawat dan memelihara huntap dan lingkungannya agar tetap bisa menjadi permukiman layak huni, aman dan lestari.

Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum Adjar Prajudi mengatakan selama ini Rehabilitasi dan Rekontruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas (Rekompak) telah berhasil membangun hunian tetap sebanyak 476 unit di Magelang dan 2.040 di Sleman.

"Huntap tersebut dilengkapi dengan 312 titik kegiatan infrastruktur dasar permukiman dan prasarana untuk kebutuhan�pengurangan risiko bencana (PRB)," katanya.

Ia mengatakan Rekompak juga memfasilitasi pembangunan 1.145 titik kegiatan�insfrastruktur dasar yang taersebar di 106 desa terdampak erupsi di Kabupaten Sleman, Klaten, Magelang dan Boyolali.

"Pembangunan huntap tersebut merujuk kepada kegiataan rehabilitasi dan rekuntruksi sektor rumah dan permukiman yang dilaksanakan melalui pendekatan relokasi permukinan dari kawasan Rawan Bencana III ke area yang lebih aman," katanya.

Menurut dia, relokasi tersebut dilakukan di lahan milik warga sendiri atau relokasi mandiri dan atau di tanah yang disiapkan pemerintah daerah atau relokasi kolektif.

"Tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan Rekompak adalah besarnya jumlah korban dan kerugian erupsi Merapi yang mencapai 386 korban tewas dan lebih dari 500 orang terluka. Sejumlah 3.524 rumah di DIY dan Jawa Tengah hancur dan rusak berat. Totak kerugian dari bencana tersebut mencapai Rp3,62 triliun," katanya.

Adjar mengatakan tantangan kedua adalah harapan yang sangat besar dari masyarakat untuk segera mendapatkan penanganan secara menyeluruh, cepat dan tepat.

"Tantangan berikutnya adalah bagaimana permukiman yang telah dibangun tersebut bisa menjadi permukiman yang lestari. Untuk itu perlu melakukan berbagai upaya yang bisa memberikan dasar dan landasan keberlanjutan bagi terbangunnya kawasan permukiman masyarakat berbasis ekologi dan pengurangan risiko bencana," katanya.

(V001)

Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.