Akademisi: Pasokan profesional big data masih kurang

id uii

Akademisi: Pasokan profesional big data masih kurang

UII (Foto Antara)

Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Ketua Program Pascasarjana Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Teduh Dirgahayu mengatakan pasokan profesional big data di Indonesia masih kurang, baik melalui pendidikan formal maupun informal.
     
"Padahal, big data berperan sangat signifikan di era disrupsi. Inovasi-inovasi baru dapat muncul berdasarkan pemahaman mendalam (insight) terhadap data," kata Teduh di Yogyakarta, Senin.
     
Untuk dapat menganalisis big data, menurut dia, diperlukan para profesional dengan kompetensi sains data yang memadai. Profesi ini, yang lazim disebut data scientist, merupakan profesi yang sedang dan akan terus berkembang dengan pesat pada tahun-tahun mendatang.
   
 "Menurut Forbes, yang mengutip US BureauofLaborStatistics, pada tahun 2026 Amerika Serikat membutuhkan 11,5 juta data scientist. IBM mengkonfirmasi peningkatan kebutuhan profesional big data hingga 700 ribu orang pada tahun 2020," katanya.
     
Di Indonesia, kata dia, kebutuhan data scientist juga semakin bertambah. PT Telkom, Indosat, Tokopedia, Traveloka, Grab, dan Go-Jek telah memanfaatkan sains data untuk mengembangkan bisnisnya.
     
Ia mengatakan seorang profesional big data diharapkan mempunyai kompetensi yang kuat di bidang komputasi, statistik, dan pemrograman. Pemahaman terhadap ranah aplikasi akan membuatnya mampu memaknai "insight" yang diperoleh dari hasil analisis.
     
Selain itu, berkomunikasi menggunakan visualisasi data merupakan kemampuan yang juga wajib dimiliki.
     
Menurut dia, sains data sebagai sebuah istilah baru bagi sebuah bidang dalam mengumpulkan data, menyimpan data, mengolah dan mengorganisasi data serta menganalisis, menginterpretasi, menyajikan dan memvisualisasikan data menjadi keilmuan baru yang dibutuhkan industri dan instansi saat ini dan seterusnya.
     
Data saintis sebagai seorang yang menguasai sains data berperan penting dalam membuat keputusan dan tindakan manajemen berdasarkan data untuk memajukan perusahaan dan bersaing dengan perusahaan lainnya.
     
Ketiadaan data saintis dalam sebuah perusahaan berakibat fatal karena pengambilan keputusan yang tidak bersandarkan pada hasil analisa data dapat merugikan dan meruntuhkan perusahaan.
     
"Kematangan seorang data saintis dalam menganalisis data dapat lebih dicapai oleh individu yang telah mendapatkan gelar sarjana (S-1) atau D-IV dari berbagai bidang terkait," kata Teduh.
     
Melihat kebutuhan dan peluang itu, Program Magister Teknik Informatika bekerja sama dengan Program Studi Statistika Universitas Islam Indonesia (UII) menawarkan konsentrasi baru Sains Data untuk menyiapkan para profesional big data.
     
"Dalam perumusan kurikulum konsentrasi itu, Program Magister Teknik Informatika juga berdiskusi dengan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang big data, yakni PT Media Kernels Indonesia, untuk memastikan bahwa kompetensi lulusan konsentrasi ini benar-benar sesuai dengan kebutuhan industri," katanya.
 
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024