Menag: budaya dan agama tak perlu dipertentangkan

id Menteri Agama

Menag: budaya dan agama tak perlu dipertentangkan

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan para agamawan dan budayawan di Homestay Tembi, Kabupaten Bantul, DIY (Foto Antara/Hery Sidik)

Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan dalam konteks berbangsa dan bernegara, maka budaya dan agama merupakan dua hal yang tidak perlu dipertentangkan.
     
Hal itu disampaikan Menag saat membacakan tanggapan atas pernyataan sikap agamawan dan budayawan tentang relasi agama dan budaya di Indonesia di Homestay Tembi, Desa Timbulharjo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sabtu.
     
Pernyataan itu merupakan poin pertama dari empat kesepakatan agamawan dan budayawan, setelah sebelumnya digelar Sarasehan Agamawan dan Budayawan dengan mengambil "Reaktualisasi Relasi Agama dan Budaya di Indonesia.
     
"Pengembangan budaya di Indonesia sudah seharusnya menghargai nilai-nilai prinsip kami dalam agama, dan sebaliknya pengembangan agama tidak semestinya mengakibatkan hancurnya keragaman budaya, tradisi dan adat istiadat di Indonesia," katanya. 
     
Poin kedua, lanjut Menag, agama dan budaya selama ini telah berkembang secara harmonis dalam perjalanan sejarah panjang bangsa Indonesia.
     
"Keduanya telah bersama-sama mewariskan nilai, norma dan etika yang terbukti berhasil mempersatukan keragaman masyarakat Indonesia yang sangat beragam," katanya.
     
Kemudian poin ketiga adalah sikap membenturkan nilai dan norma agama dengan keragaman budaya Indonesia dapat merusak modal sosial dan modal kulturalnya yang telah menjadi fondasi bangsa dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. 
     
"Keempat adalah pemerintah akan terus berupaya yang mampu menghasilkan 'anak Indonesia' yang memiliki keyakinan bersama bahwa keragaman adalah anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa," katanya.
     
Kepala Biro Humas, Data dan Informasi Kementerian Agama (Kemenag) RI Mastuki sebelumnya mengatakan sarasehan tersebut digelar sebagai upaya memperkuat relasi agama dan budaya di tengah makin kuatnya infiltrasi budaya asing dan paham transnasional.
     
"Baru-baru ini kami mendapati satu dua kasus terjadinya perbedaan cara pandang terkait praktik budaya dan agama. Kami melihat perlu ada ruang untuk melakukan dialog antara agamawan, cendekiawan, dan budayawan," katanya. 
     
Sarasehan selama dua hari pada 2 dan 3 November 2018 ini mengambil tema 'Reaktualisasi Relasi Agama dan Budaya di Indonesia'. Hal itu agar dialog mengarah pada 'frame of reference' terhadap budaya Indonesia yang sejalan dengan nafas religius masyarakat Indonesia.
     
Hadir dalam sarasehan itu adalah Menteri Agama Lukman Hakim Saefudin, Radhar Panca Dahana, Sujiwo Tedjo, Ridwan Saidi, Wisnu Bawa Tenaya, Agus Noor, Ridwan Saidi, KH Abdul Muhaimin, Bikku Pannyavaro, Fatin Hamama, Amin Abdullah, John Titaley dan Agamawan serta Budayawan lainnya.