Sleman (ANTARA) - Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, segera melakukan peremajaan tanaman komoditas unggulan salak pondoh karena rata-rata sudah berumur 15-20 tahun.
"Semakin tua tanaman salak, produksi juga menurun," kata Kepala DP3 Kabupaten Sleman Heru Saptono di Sleman, Sabtu.
Menurut dia, untuk meningkatkan kembali produksi salak pondoh tersebut, Kementerian Pertanian telah menggulirkan program peremajaan salak.
"Program tersebut telah digulirkan oleh dinas. Hanya saja masih terbatas pada kelompok tani. Dari pemerintah memberikan bantuan untuk 100 hektare lahan salak di Sleman," katanya.
Ia mengatakan, lahan tersebut tersebar di tiga kecamatan yang menjadi penghasil utama salak pondoh yakni di sebagian Kecamatan Pakem, seluruh desa di Kecamatan Turi dan sebagian Kecamatan Tempel.
"Bentuknya berupa pencangkokan terhadap tanaman salak," katanya.
Heru memastikan, dengan pencangkokan ini bukan berarti merombak tanaman yang sudah tua. Namun, keduanya tetap ditanam.
"Ketika nanti yang tanaman muda sudah mulai berbuah, tanaman yang tua baru digantikan," katanya.
Ia mengatakan, saat ini produksi salak di Sleman mengalami sedikit penurunan. Itu diakibatkan oleh anjloknya harga jual salak di pasaran.
"Oleh karenanya, ada sebagian petani yang merombak tanaman salaknya. Tapi sebenarnya penurunan harga salak tidak terlalu banyak," katanya.
Ketua Kelompok Tani Marsudi Luhur Kecamatan Tempel Wakimin mengatakan pihaknya sudah mencoba berbagai teknologi peremajaan salak.
"Selama kurun lima tahun terakhir, kami telah mencoba teknik cangkok tanaman tua dengan dua cara yaitu rebah batang pokok dan mencangkok menggunakan karung," katanya.
Menurut dia, metode perebahan batang pokok tingkat keberhasilannya sangat rendah.
"Bahkan bisa membuat tanamannys mati bila tidak ditangani dengan pas," katanya.
Wakimin mengatakan, dari hasil studi lapang anggota selama 18 bulan terakhir ditemukan metode peremajaan salak yang lebih efisien yaitu cangkok dengan menggunakan ember.
"Ini lebih baik dibandingkan dengan karung. Ember dipasang di tengah-tengah antara batang pokok bagian bawah dan bagian atas," katanya.
Setelah terpasang ikat ember dengan kawat atau tali dengan memberi lubang antarkedua sisi belahan ember sehingga menyatu kembali.
'Tujuannya agar ketika diberi media tanah dan pupuk kandang tidak berjatuhan," katanya.
Ia mengatakan, butuh waktu sekitar 180 hari untuk menghasilkan perakaran salak yang sempurna. Pada usia cangkok 166 hari, bisa disiapkan lubang tanam di sebelah tanaman salak dengan diameter minimal 40x40x40 sentimeter.
"Setelah 14 hari penyiapan lubang tanaman, cangkokan batang salak sudah siap dipotong dan dipindahkan ke lubang yang baru," katanya.
Kunci keberhasilan selama fase pencangkokan tanaman salak adalah ketersediaan air yang mencukupi selama enam bulan. Siram tiap tiga hari sekali.
"Kalau metode ini dikembangkan, kami optimistis salak Sleman bisa bangkit dan lestari," katanya.