Peluang panjat tebing Indonesia berlaga di Olimpiade 2020 tipis
Jakarta (ANTARA) - Peluang tim panjat tebing Indonesia untuk berlaga di Olimpiade 2020 Tokyo semakin tipis, meskipun cabang olahraga itu telah menorehkan prestasi memuaskan pada Asian Games 2018 dengan raihan satu emas, satu perak, dan satu perunggu.
Namun prestasi tersebut lantas belum menjadi modal yang cukup untuk lolos Olimpiade 2020. Pasalnya, pada ajang pra-kualfikasi IFSC Combined Qualifier 2019 di Toulouse, Prancis yang diselenggarakan pada November lalu, dua atlet andalan yakni Aries Susanti Rahayu dan Alfian M. Fajri gagal tembus enam besar yang merupakan syarat meraih tiket Olimpiade 2020.
Pada kejuaraan yang mempertandingkan nomor combined atau kombinasi antara lead (panjat tebing dengan belayer), speed (adu cepat), dan boulder (panjat tebing tanpa pengaman tali) itu, Aries hanya mampu finis di urutan ke-16, sedangkan Alfian berada di peringkat ke-13.
Wakil Ketua Umum Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Pristiawan Buntoro mengungkapkan, pra-kualifikasi di Prancis tersebut merupakan satu-satunya kesempatan bagi Indonesia untuk meraih tiket Olimpiade 2020. Namun, harapan itu musnah kala para atletnya justru tak mampu berbicara banyak pada divisi combined.
"Hasilnya memang kami belum masuk (kualifikasi), dan ini memang sepertinya sudah menutup pintu Indonesia untuk tampil di Olimpiade 2020," ujar Pristiawan kepada ANTARA, Selasa.
Kegagalan tersebut, menurutnya disebabkan karena Indonesia masih kekurangan pemanjat tebing yang handal di nomor kombinasi. Ia menilai, Indonesia hanya unggul di nomor speed. Sementara divisi lain seperti lead dan boulder, masih tertinggal jauh dari negara Asia lain seperti Jepang dan Korea Selatan.
Namun nomor andalan Indonesia itu justru tidak dipertandingkan di Olimpiade 2020 Tokyo. Seandainya nomor speed dipertandingkan, Pristiawan optimistis, Merah Putih bisa menyumbangkan medali.
Optimisme itu jelas layak dipertahankan sebagai modal menghadapi Olimpiade 2024 Prancis yang akan mempertandingkan empat nomor yakni lead, speed, boulder, dan kombinasi.
Pristiawan menegaskan, momen pecah rekor dunia yang diraih oleh Aries pada Oktober lalu tidak memberi pengaruh yang signifikan saat nomor yang dipertandingkan di Olimpiade 2020 hanya nomor kombinasi.
"Yang perlu diingat adalah Olimpiade 2020 itu hanya ada combined, bukan speed. Combined ini memang sangat merugikan kaitannya dengan atlet speed," ujarnya.
Tim panjat tebing Indonesia selanjutnya akan menghadapi Kejuaraan Asia Panjat Tebing yang bakal digelar di Morioka, Jepang, pada Mei 2020. Ajang tersebut merupakan kesempatan terakhir bagi tim Merah Putih untuk meloloskan satu atletnya menuju Olimpiade 2020 Tokyo.
Namun prestasi tersebut lantas belum menjadi modal yang cukup untuk lolos Olimpiade 2020. Pasalnya, pada ajang pra-kualfikasi IFSC Combined Qualifier 2019 di Toulouse, Prancis yang diselenggarakan pada November lalu, dua atlet andalan yakni Aries Susanti Rahayu dan Alfian M. Fajri gagal tembus enam besar yang merupakan syarat meraih tiket Olimpiade 2020.
Pada kejuaraan yang mempertandingkan nomor combined atau kombinasi antara lead (panjat tebing dengan belayer), speed (adu cepat), dan boulder (panjat tebing tanpa pengaman tali) itu, Aries hanya mampu finis di urutan ke-16, sedangkan Alfian berada di peringkat ke-13.
Wakil Ketua Umum Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Pristiawan Buntoro mengungkapkan, pra-kualifikasi di Prancis tersebut merupakan satu-satunya kesempatan bagi Indonesia untuk meraih tiket Olimpiade 2020. Namun, harapan itu musnah kala para atletnya justru tak mampu berbicara banyak pada divisi combined.
"Hasilnya memang kami belum masuk (kualifikasi), dan ini memang sepertinya sudah menutup pintu Indonesia untuk tampil di Olimpiade 2020," ujar Pristiawan kepada ANTARA, Selasa.
Kegagalan tersebut, menurutnya disebabkan karena Indonesia masih kekurangan pemanjat tebing yang handal di nomor kombinasi. Ia menilai, Indonesia hanya unggul di nomor speed. Sementara divisi lain seperti lead dan boulder, masih tertinggal jauh dari negara Asia lain seperti Jepang dan Korea Selatan.
Namun nomor andalan Indonesia itu justru tidak dipertandingkan di Olimpiade 2020 Tokyo. Seandainya nomor speed dipertandingkan, Pristiawan optimistis, Merah Putih bisa menyumbangkan medali.
Optimisme itu jelas layak dipertahankan sebagai modal menghadapi Olimpiade 2024 Prancis yang akan mempertandingkan empat nomor yakni lead, speed, boulder, dan kombinasi.
Pristiawan menegaskan, momen pecah rekor dunia yang diraih oleh Aries pada Oktober lalu tidak memberi pengaruh yang signifikan saat nomor yang dipertandingkan di Olimpiade 2020 hanya nomor kombinasi.
"Yang perlu diingat adalah Olimpiade 2020 itu hanya ada combined, bukan speed. Combined ini memang sangat merugikan kaitannya dengan atlet speed," ujarnya.
Tim panjat tebing Indonesia selanjutnya akan menghadapi Kejuaraan Asia Panjat Tebing yang bakal digelar di Morioka, Jepang, pada Mei 2020. Ajang tersebut merupakan kesempatan terakhir bagi tim Merah Putih untuk meloloskan satu atletnya menuju Olimpiade 2020 Tokyo.