Gunung Kidul butuh anggaran Rp200 miliar optimalkan sumber air

id air bersih,Gunung Kidul

Gunung Kidul butuh anggaran Rp200 miliar optimalkan sumber air

PDAM Tirta Handayani Gunung Kidul membutuhkan Rp200 miliar untuk membuat jaringan seluruhh rumah tangga. (Foto ANTARA/Sutarmi)

Gunung Kidul (ANTARA) - Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, membutuhkan anggaran sekitar Rp200 miliar untuk optimalisasi sumber mata air guna memenuhi kebutuhan seluruh rumah tangga di kabupaten itu.

Direktur Utama PDAM Tirta Handayani Gunung Kidul Toto Sugiharto di Gunung Kidul, Selasa, mengatakan layanan jaringan air yang diberikan belum bisa menjangkau seluruh masyarakat atau rumah tangga karena baru menyasar 50 persen rumah tangga.

"Rencananya pelayanan itu akan ditingkatkan menjadi 80 persen dengan optimalisasi sumber-sumber air yang ada. Kami sudah merencanakan dan membuat kajian tentang kebutuhan anggaran,” kata Totok.

Ia mengatakan berdasarkan kajian yang dilakukan untuk optimalisasi sumber membutuhkan biaya sekitar Rp200 miliar. Menurut dia, alokasi ini terhitung besar karena tidak mungkin dibiayai melalui APBD kabupaten sehingga membutuhkan bantuan dari Pemerintah DIY maupun pemerintah pusat.

“Untuk program sudah ada koordinasi dengan bupati. Mudah-mudahan dalam lima tahun program ini bisa terealisasi,” katanya.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman (DPUPRKP) Gunung Kidul Eddy Praptono mengatakan program 100 persen masyarakat terlayani air bersih sudah digulirkan pemerintah pusat bersamaan dengan program nol persen permukiman kumuh dan 100 persen akses sanitasi untuk masyarakat.

Meski demikian, ia mengakui, untuk pemenuhan air bersih belum mampu menyasar ke seluruh masyarakat karena tingkat ketercapaian baru sekitar 75 persen.

“Memang belum semua masyarakat bisa terlayani air bersih dan ini jadi pekerjaan yang harus diselesaikan,” katanya.

Berdasarkan data, capaian 75 persen layanan air bersih untuk masyarakat terdiri dari layanan dari PDAM Tirta Handayani sekitar 50 persen. Sedangkan sisanya sekitar 25 persen berasal dari layanan sistem penyediaan air minum dusun (Spamdus) atau sistem penyediaan air minum desa (Spamdes).

"Ada beberapa kendala yang menyebabkan layanan air bersih belum bisa 100 persen. Salah satunya dikarenakan kondisi geografis perbukitan sehingga menyulitkan akses untuk menjangkaunya," katanya.

Sedangkan untuk sumber mata air, ia menyebut dapat terpenuhi karena Gunung Kidul banyak memiliki sungai-sungai bawah tanah. Meski demikian, lanjut dia, untuk optimalisasi layanan terkendala kemampuan anggaran pemkab yang sangat terbatas.

“Kami yakin bisa memenuhi target 100 persen akses air bersih, asalkan adanya anggaran. Permasalahannya kemampuan keuangan daerah terbatas sehingga program harus dilakukan secara bertahap,” katanya.