Dispar Sleman-BPCB buka dua candi untuk wisatawan libur Lebaran

id Dispar Sleman ,Dinas Pariwisata Sleman ,BPCB Yogyakarta ,Candi Kalasan ,Candi Sari

Dispar Sleman-BPCB buka dua candi untuk wisatawan libur Lebaran

Candi Kalasan dan Candi Sari. Foto ANTARA/HO-BPCB Yogyakarta

Sleman (ANTARA) - Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman bersama Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Daerah Istimewa Yogyakarta bersepakat untuk membuka dua candi lagi untuk kunjungan wisatawan pada libur Lebaran setelah sempat tutup sejak awal pandemi COVID-19.

"Pada hari ke dua libur Lebaran atau 3 Mei kami mengoperasionalkan dua candi lagi yang mempunyai nilai historis yang sangat menarik dan saling berkait satu sama lain," kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman Suparmono di Sleman, Kamis.

Menurut dia, saat ini sudah ada tiga candi yang beroperasi menerima kunjungan wisatawan yaitu Candi Sambisari, Candi Ijo, Candi Banyunibo.

"Dengan dibukanya dua candi lagi, maka pada libur Lebaran nanti ada lima candi yang dibuka untuk wisatawan dengan retribusi masuk ke masing-masing candi Rp6.000," katanya.

Ia mengatakan, kedua candi tersebut merupakan Candi Budha yaitu Candi Kalasan dan Candi Sari.

"Secara lokasi sangat strategis untuk dikunjungi wisatawan, terletak tidak jauh dari ruas Jalan Yogya-Solo kilometer 14 atau hanya sekitar 2 Km sebelah barat Candi Prambanan," katanya.

Suparmono mengatakan, Candi Kalasan mulai dibuka tahun ini setelah berkoordinasi dengan BPCB Yogyakarta dan telah dinyatakan selesai proses pemugarannya.

"Harapan kami dari kemegahan situs candi, nilai cerita sejarah, dan juga letaknya yang strategis dapat menjadi tujuan alternative bagi wisatawan yang berkunjug ke DIY," katanya.

Ia mengatakan, para pengunjung saat ini sudah dapat masuk ke dalam bangunan candi, tetapi karena masih masa pandemi COVID-19, jumlah orang yang masuk dibatasi dan bergantian.

"Khusus untuk Candi Kalasan pengunjung belum diperbolehkan masuk ke dalam bangunan candi karena masalah teknis perlindungan situs. Sebenarnya Candi Barong juga ingin kita buka, tetapi karena masih proses pemugaran belum dapat kami buka tahun ini," katanya.

Kepala BPCB DIY Zaimul Azzah mengatakan Candi Kalasan telah selesai proses pemugarannya dan dapat dikunjungi untuk penelitian maupun berwisata.

"Candi Kalasan mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki oleh seluruh candi di Indonesia, yaitu adanya sebuah batu berbentuk setengah lingkaran tepat di depan tangga sisi timur. Ini sebagai 'moonstone' (batu bulan), yang lazim terdapat di kuil-kuil Buddha India Selatan," katanya.

Menurut dia, keistimewaan lainya adalah bagian dinding luar candi dilapisi "lepa" yang disebut "bajralepa" diartikan sebagai "diamond cement" sebagai lapisan seperti acian di jaman sekarang, dan juga berfungsi sebagai pencerah warna batu andesit yang hitam keabuan menjadi putih bersinar.

"Candi Kalasan yang diperkiraan oleh para peneliti lebih tua dari Candi Prambanan tersebut merupakan sebuah vihara untuk memuja Dewi Tara yang didirikan sekitar tahun 778 M," katanya.

Ia mengatakan, pada perkembangan penelitiannya para arkeolog menghubungkan pendirian vihara dengan Candi Sari sebagai semacam asrama atau tempat tinggal para biksu yang terletak di sisi timur Candi Kalasan dengan jarak kurang lebih 500 meter.

"Keberadaan kata 'Sari' berarti cantik atau elok. Penamaan tersebut kemungkinan didasari atas kenyataan bahwa Candi Sari memiliki hiasan serta corak gaya bangunan yang indah," katanya.

Di dalam tubuh candi terdapat tiga bilik (ruangan) yang berjajar yang dihubungkan dengan pintu yang ada pada tembok pemisah. Diperkirakan Candi Sari mempunyai dua lantai yang disekat menggunakan kayu.

"Hal itu diketahui dari adanya lubang-lubang untuk meletakkan ujung balok pada bagian dindingnya," katanya.

Zaimul Azzah mengatakan Candi Kalasan dan Candi Prambanan yang terpaut tidak begitu lama pendirianya menunjukkan bahwa sudah ada tatanan pemerintahan dan sistem sosial kemasyarakatan yang baik.

"Hal ini terlihat dari adanya kerukunan beragama dan hidup berdampingan antara penganut agama Buddha dan Hindu pada masa itu," katanya.
 
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024