Yogyakarta (ANTARA) - Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Yogyakarta Magelang (YoMa) menggelar Sekolah Lapang (SL) Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Cabai di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Langkah ini merupakan pencegahan untuk mengatasi kerusakan tanaman sehingga produktivitas dan harga komoditas cabai tetap stabil di pasaran.
Siaran pers dari Polbangtan YoMa yang diterima di Yogyakarta, Senin, menyebutkan hal itu menindaklanjuti arahan dari Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL).
Cabai merupakan salah satu komoditas pertanian strategis yang produksi dan harganya selalu menjadi pantauan pemerintah khususnya Kementerian Pertanian (Kementan). Pasalnya fluktuasi harga maupun ketersediaan cabai di pasaran seringkali turut mempengaruhi gejolak sosial ekonomi masyarakat.
Oleh karena itu, Mentan SYL mengajak petani harus bisa menjaga dan meningkatkan produktivitas tanamannya.
"Petani harus mampu menggenjot tanaman, karena produktivitas yang meningkat itu bisa membantu petani meningkatkan pendapatan dan menjamin ketersediaan bahan pangan di pasaran," kata Mentan SYL.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi terus mendorong petani dan penyuluh meningkatkan kapasitas dan pengetahuannya.
"Petani tidak boleh hanya sekadar tanam, panen, jual. Pengetahuan petani harus ditingkatkan. Petani harus mengetahui bagaimana cara menjaga tanaman, meningkatkan produktivitas, mengemas hingga menjualnya. Petani harus tahu aktivitas pertanian dari hulu sampai hilir," kata Dedi.
Menggandeng mahasiswa Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan (PPB) dan pakar OPT Polbangtan YoMa, petani peserta SL POPT tersebut mendapatkan materi tentang pengamatan jenis OPT Cabai hingga cara penanggulangannya.
Heriyanto, salah satu dosen dan pakar di bidang Pengendalian OPT yang bertindak sebagai fasilitator, menjelaskan bahwa pada musim seperti ini serangan OPT baik hama maupun penyakit pada tanaman cabai cenderung meningkat.
"Hama yang umumnya menyerang tanaman cabai adalah kutu daun, kutu kebul, lalat buah, ulat grayak, layu bakteri, antraknosa, dan penyakit lain yang disebabkan oleh virus dan bakteri," tuturnya.
Pada kesempatan tersebut mahasiswa dan petani bersama-sama mengidentifikasi dan mengamati OPT yang ada di demplot SL Cabai. Berdasarkan hasil pengataman, kemudian dicari alternatif solusinya.
"Kami mengamati gejala tanaman yang diduga terserang OPT, kemudian diidentifikasi jenis OPT dan intensitas serangannya, sehingga kami bisa menanganinya dengan tepat," kata Heri.
Contohnya pada salah satu tanaman ini terlihat ada bercak melingkar cekung berwarna cokelat pada pusatnya serta warna cokelat muda pada sekeliling lingkarannya. Ini merupakan salah satu ciri tanaman terkena penyakit panthek.
Pada perkembangannya, kata Heri, bercak bisa meluas dan buah bisa busuk dan rontok jika tidak ditangani. Penyakit panthek merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur, dan jamur dapat berkembang pesat pada kelembapan di atas 90 persen dan suhu di bawah 32 derajat celsius sehingga perlu dilakukan langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan.
Langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi tanaman panthek, salah satunya dengan pembersihan gulma, karena banyaknya gulma akan menghambat drainase terutama saat musim hujan.
"Selanjutnya dapat dilakukan pemangkasan pada tanaman cabai agar tidak terlalu rimbun, dan dilakukan penyemprotan menggunakan fungisida," kata Heri.
Selain hama panthek, hama seperti ular grayak dan belalang juga ditemukan pada kegiatan pengamatan tersebut. Heri mengimbau kepada seluruh peserta SL agar rajin untuk mengecek tanamannya sehingga produktivitas tanaman cabai optimal.