"Wasatiyat Islam dapat menjadi solusi. Sistem dunia dan bentuk-bentuk derivatifnya dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya harus ditarik ke titik tengah," kata Din Syamsuddin dalam keterangan tertulis yang diterima Minggu.
Ia menjelaskan, Jalan Tengah itu bukan jalan moderasi yang mengandung konotasi kompromistik dan rekonsiliasistik.
Dalam Wawasan Wasatiyat Islam, menurut dia, ada dimensi toleransi (tasamuh), keseimbangan (tawazun), dan konsultasi (syura), tetapi ada juga dimensi keadilan (i'tidal).
"Sering penekanan pada moderasi mengabaikan prinsip keadilan. Wawasan Wasatiyat Islam lebih dari sekadar moderasi, bahkan mencerminkan keseimbangan menyeluruh," katanya ketika berbicara dalam International Symposium yang digelar oleh Fakultas Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan (UAD) di Yogyakarta, Sabtu (3/12).
Kerusakan peradaban, baik pada tingkat global maupun nasional banyak negara, kata Din Syamsuddin, merupakan fakta yg sangat memprihatinkan.
"Oleh karena itu, Global Fulcrum of Wasatiyat Islam akan segera aktif mengarusutamakan wawasan itu untuk dunia, khususnya umat Islam sedunia," kata Din Syamsuddin.