Dengungkan suara sumbang, performa jelek pebulu tangkis

id pelatnas pbsi cipayung,korea open 2023,japan open 2023,australian open 2023,bwf super 500,herry iman pierngadi,eng hian

Dengungkan suara sumbang, performa jelek pebulu tangkis

Ganda putri Indonesia Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti (kiri) ketika melawan pasangan Zhang Shu Xian/Zheng Yu dari China di babak final pada ajang level Super 750. Ganda putri Indonesia mengukir kemenangan bersejarah di ajang Malaysia Open 2022, yang menjadi gelar juara perdana sebagai pasangan di ajang BWF World Tour di Kuala Lumpur, Minggu (3/7/2022). ANTARA/Twitter/@INABadminton/pri.

Jakarta (ANTARA) - Rampungnya turnamen Australian Open 2023 yang berlangsung pada 1-6 Agustus di Sydney, mengundang evaluasi besar-besaran dari jajaran pelatih di Pelatnas Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) yang bermarkas di Cipayung, Jakarta Timur.

Evaluasi itu menyoroti hasil minor para anggota Skuad Garuda tidak hanya dari Australian Open, namun juga Korea Open dan Japan, yang seluruhnya merupakan ajang berkategori BWF Super 500.

Kepala Pelatih Ganda Putra Herry Iman Pierngadi menjadi yang pertama mengeluarkan komentar soal performa para anak asuhnya, termasuk pasangan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.

Pelatih berjuluk Coach Naga Api itu sangat memperhatikan penampilan Fajar/Rian, yang menjadi satu-satunya pasangan peringkat satu dunia yang dimiliki timnas bulu tangkis Indonesia.

Menurut Herry, Fajar/Rian tak bisa tampil konsisten karena semakin tersisih pada babak yang lebih awal jika dibanding Korea Open dan Japan Open.

Herry memastikan bahwa performa Fajar/Rian yang mengikuti tiga turnamen beruntun memang menurun. Di Korea mereka bisa maju ke babak final, lalu di Jepang bertahan hingga semifinal.

Namun di Australia, mereka justru terhenti pada babak perempat final setelah dikalahkan wakil Korea Selatan Kang Min Hyuk/Seo Seung Jae.

Herry menilai Fajar/Rian masih banyak melakukan kesalahan sendiri yang seharusnya tak dilakukan pemain papan atas.

Sementara ganda putra lainnya, seperti Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin, Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan, dan Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri belum menunjukkan konsistensi.

Ketiganya kerap menciptakan kejutan dengan mengalahkan ganda putra papan atas dunia, tetapi di lain hari mereka kembali kalah.

Herry pun mengibaratkan performa mereka seperti roller coaster. Kadang bagus dan berada di puncak seperti Bagas/Fikri yang pernah jadi juara All England 2022, atau Pram/Yere yang menjuarai Kejuaraan Asia, dan Leo/Daniel berjaya di Indonesia dan Thailand Masters.

Akan tetapi setelah itu, performa mereka merosot, sering kalah pada babak-babak awal, dan belum konsisten.

Hanya waktu yang dibutuhkan bagi ketiga pasangan tersebut agar bisa lebih matang dan masuk jajaran elite ganda putra dunia. Tentu,  hasil dari polesan tim pelatih ganda putra tidaklah instan.


Ganda putri

Begitu pula dengan ganda putri, yang bermain tidak sesuai harapan dari rangkaian turnamen yang berlangsung pada Juli-Agustus tersebut.

Kepala Pelatih Ganda Putri Pelatnas PBSI Eng Hian bahkan secara terbuka menyebut hasil sektor yang ia arsiteki tidak sesuai dengan harapan.

Pasangan Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti dan Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi belum mampu menampilkan prestasi yang membanggakan. Terbukti kedua pasangan itu sudah tersisih di babak kedua Australian Open.

Pelatih yang akrab disapa Koh Didi itu berujar, penampilan Apri/Fadia dalam 6 bulan terakhir memang belum kembali seperti dulu. Keduanya belum mampu menampilkan performa terbaik.

Kapasitas bagus yang ditunjukkan selama persiapan di latihan sepertinya hilang dan tak bisa direalisasikan dalam pertandingan.

Bahkan Didi menyebut kualitas dan kapasitas hasil latihan yang akhirnya muncul di pertandingan hanya 30 persen.


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Performa minor pebulu tangkis mengundang suara sumbang pelatih
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024