Tiket museum di Indonesia murah bukan berarti pengalaman murahan
Jakarta (ANTARA) - Penggiat museum Yosef Kelik mengatakan, harga tiket yang terlalu murah sering membuat orang berpikir bahwa mereka akan mendapatkan pengalaman yang juga murahan, padahal, banyak museum sekarang telah bertransformasi menjadi tempat yang keren dan menarik.
Dalam keterangan dari Kemendikbudristek yang diterima di Jakarta Kamis, Yosef menjelaskan, dalam beberapa tahun terakhir, terdapat perubahan besar dalam dunia permuseuman di Indonesia.
Akan tetapi, katanya, terkadang penetapan harga tarif masuk museum masih menjadi bahan diskusi dari berbagai kalangan.
Pada Mei 2024, ujarnya, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi meresmikan Badan Layanan Umum (BLU) pertamanya di bidang kebudayaan, yakni Indonesian Heritage Agency (IHA), yang menginisiasi program revitalisasi museum dan cagar budaya.
Meskipun keberadaan BLU Museum dan Cagar Budaya menuai berbagai pandangan, Yosef menilai BLU memberikan manfaat positif terkait otonomi keuangan, di mana hal itu menyediakan peluang besar untuk mendukung kemajuan budaya dan pelestarian museum serta cagar budaya di Indonesia.
"Pendapatan yang dikelola secara mandiri melalui tarif kunjungan museum bisa langsung digunakan untuk meningkatkan layanan dan fasilitas museum," ujarnya
Adapun sejumlah museum yang direvitalisasi seperti Museum Benteng Vredeburg, Museum Nasional Indonesia, Museum Song Terus, dan masih banyak lagi.
Yosef menilai, revitalisasi museum merupakan langkah strategis yang penting dalam mendukung pelestarian warisan sejarah dan budaya Indonesia.
"Museum-museum kini didesain lebih modern, eye-catching, dan bahkan menjadi tempat favorit untuk museum date," ujarnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Penggiat: Tiket museum yang murah tak berarti pengalaman juga murahan
Dalam keterangan dari Kemendikbudristek yang diterima di Jakarta Kamis, Yosef menjelaskan, dalam beberapa tahun terakhir, terdapat perubahan besar dalam dunia permuseuman di Indonesia.
Akan tetapi, katanya, terkadang penetapan harga tarif masuk museum masih menjadi bahan diskusi dari berbagai kalangan.
Pada Mei 2024, ujarnya, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi meresmikan Badan Layanan Umum (BLU) pertamanya di bidang kebudayaan, yakni Indonesian Heritage Agency (IHA), yang menginisiasi program revitalisasi museum dan cagar budaya.
Meskipun keberadaan BLU Museum dan Cagar Budaya menuai berbagai pandangan, Yosef menilai BLU memberikan manfaat positif terkait otonomi keuangan, di mana hal itu menyediakan peluang besar untuk mendukung kemajuan budaya dan pelestarian museum serta cagar budaya di Indonesia.
"Pendapatan yang dikelola secara mandiri melalui tarif kunjungan museum bisa langsung digunakan untuk meningkatkan layanan dan fasilitas museum," ujarnya
Adapun sejumlah museum yang direvitalisasi seperti Museum Benteng Vredeburg, Museum Nasional Indonesia, Museum Song Terus, dan masih banyak lagi.
Yosef menilai, revitalisasi museum merupakan langkah strategis yang penting dalam mendukung pelestarian warisan sejarah dan budaya Indonesia.
"Museum-museum kini didesain lebih modern, eye-catching, dan bahkan menjadi tempat favorit untuk museum date," ujarnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Penggiat: Tiket museum yang murah tak berarti pengalaman juga murahan