Pustral UGM usulkan perkerasan jalan ramah lingkungan

id infrastruktur jalan,perkerasan jalan ramah lingkungan,Pustral UGM

Pustral UGM usulkan perkerasan jalan ramah lingkungan

Foto udara Jalan Tol Soreang-Pasir Koja (Soroja) di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. ANTARA /Raisan Al Farisi.

Yogyakarta (ANTARA) - Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) Universitas Gadjah Mada (UGM) mengusulkan penerapan perkerasan jalan ramah lingkungan untuk meningkatkan daya tahan infrastruktur di Indonesia sekaligus mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

"Dengan pendekatan ini, para pihak terkait tidak hanya memperkuat ketahanan infrastruktur tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan," ujar Kepala Pustral UGM Ikaputra dalam keterangannya di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, perubahan iklim yang semakin ekstrem dapat mengancam ketahanan infrastruktur transportasi, terutama jalan raya di Indonesia.

Fenomena kenaikan suhu udara serta curah hujan yang tidak menentu akibat cuaca esktrem, kata dia, telah membuat konstruksi jalan lebih rentan mengalami kerusakan.

Karena itu, menurut Ikaputra, adaptasi terhadap perubahan iklim dalam infrastruktur transportasi tidak sekadar bergantung pada inovasi material, tetapi juga memerlukan kebijakan dan regulasi yang mendukung.

Anggota Tim Ahli Pustral UGM Latif Budi Suparma menjelaskan perkerasan jalan ramah lingkungan mampu mengurangi polusi, serta menekan emisi karbon selama proses pembangunannya.

Beberapa inovasi yang dapat diterapkan dalam perkerasan jalan ramah lingkungan, kata Latif, di antaranya dengan penggunaan material daur ulang (recycled materials) guna mengurangi limbah konstruksi.

Berikutnya, dengan menerapkan teknologi "permeable pavement" yang dapat menyerap air hujan dan mengurangi limpasan permukaan, serta teknologi Biogenic Asphalt yang memanfaatkan bahan alami untuk menekan emisi karbon.

Adapula teknologi "Warm Mix Asphalt" (WMA) yang memungkinkan proses pencampuran aspal dilakukan pada suhu yang lebih rendah.

"'Warm Mix Asphalt' memerlukan energi dan suhu yang lebih rendah selama pemrosesan," ujar dia.

Latif mengakui perubahan iklim berdampak meningkatkan suhu yang dapat mengurangi kualitas perkerasan jalan.

Perubahan curah hujan, menurut dia, juga berpengaruh terhadap kualitas permukaan dan stabilitas jalan khususnya pada tanah lempung atau air tanah tinggi yang meningkatkan risiko akan banjir.

"Secara tidak langsung, perubahan iklim yang menurunkan kualitas permukaan dapat berpengaruh pada pengurangan keselamatan," kata dia.

Latif menambahkan infrastruktur ramah lingkungan didesain dan dibangun dengan prinsip meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan, misalnya sumber daya alam, polusi baik udara, air, tanah, termasuk dampak sosial bagi masyarakat.

Di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sendiri mengalokasikan anggaran sebesar Rp61 miliar untuk melakukan perbaikan maupun peningkatan kualitas infrastruktur jalan pada 2025. Untuk pekerjaan jalan pada tahun 2025 kurang lebih sebanyak 60 sampai 70 lokasi, dengan anggaran sebesar Rp61 miliar.

Pekerjaan pembangunan jalan tersebut tersebar di seluruh Bantul yang sudah masuk dalam rencana pekerjaan, dengan total panjang kurang lebih sepanjang 30 kilometer.

Selain proyek jalan, pada tahun anggaran 2025 juga direncanakan proyek pekerjaan infrastruktur pengairan seperti drainase, saluran irigasi dan sarana lainnya di sekitar 20 lokasi se-Bantul.


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pustral UGM usulkan penerapan perkerasan jalan ramah lingkungan