Jakarta (ANTARA) - Peringatan Hari Kartini setiap tanggal 21 April menjadi momentum untuk membangkitkan semangat emansipasi dan kesetaraan gender di Indonesia.
Cita-cita emansipasi Raden Ajeng Kartini maupun tokoh-tokoh perempuan penerusnya harus terus diperjuangkan oleh semua pihak.
Emansipasi bertujuan memastikan bahwa perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki di semua bidang, yang hingga saat ini belum sepenuhnya tercapai.
Masih banyak perempuan yang dirugikan, hidup dalam ketakutan disebabkan masih banyaknya potensi ancaman maupun kekerasan terhadap mereka.
Padahal hak untuk hidup dengan rasa aman merupakan hak asasi manusia yang paling fundamental, dijamin oleh konstitusi dan berbagai aturan perundangan.
Seiring dengan terungkapnya berbagai kasus kekerasan terhadap perempuan, terlihat bahwa perlindungan terhadap perempuan di Indonesia masih lemah.
Bahkan kekerasan ini banyak terjadi di lingkungan yang seharusnya menjadi ruang yang aman bagi perempuan.
Fasilitas kesehatan contohnya merupakan lingkungan yang dianggap aman bagi perempuan karena memiliki aturan dan pengawasan yang ketat serta dijalankan oleh orang-orang yang kompeten di bidangnya.
Namun siapa sangka, kasus kekerasan terhadap perempuan juga bisa terjadi di fasilitas kesehatan, bahkan dilakukan oleh sosok dokter yang sangat terdidik dan bekerja di bawah sumpah.
Baca juga: Pemkab Bantul kuatkan pemahaman generasi muda tentang makna Hari Kartini
Pelecehan oleh tenaga medis
Serentetan kasus demi kasus pelecehan seksual terhadap perempuan yang dilakukan oleh para dokter, terungkap akhir-akhir ini.
PAP (31), dokter residen Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Padjadjaran di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Jawa Barat ditetapkan sebagai tersangka atas dugaan kasus kekerasan seksual terhadap anggota keluarga pasien di rumah sakit tersebut.
Tercatat ada tiga korban aksi bejat PAP.
Kemudian di Garut, Jawa Barat, dokter kandungan berinisial MSF menjadi tersangka atas dugaan pelecehan seksual terhadap ibu hamil yang menjadi pasiennya.
Kasus ini terungkap setelah beredar luas di media sosial rekaman CCTV yang memperlihatkan pelaku MSF melakukan pelecehan saat mengecek kondisi kandungan pasien.
Korban oknum dokter MSF ini diduga lebih dari satu orang.