Pakar sebut pusat keuangan Bali bisa perkuat posisi Indonesia di ASEAN

id Pusat Keuangan Bali,Pakar Akuntansi,family office

Pakar sebut pusat keuangan Bali bisa perkuat posisi Indonesia di ASEAN

Dosen Akuntansi Universitas Aisyiyah  (UNISA) Yogyakarta Seto Satriyo Bayu Aji.FOTO ANTARA

Yogyakarta (ANTARA) - Pakar Akuntansi Forensik Universitas 'Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta Seto Satriyo Bayu Aji menilai rencana pemerintah menjadikan Bali sebagai pusat keuangan internasional merupakan langkah strategis yang dapat memperkuat posisi Indonesia di ASEAN.

"Rencana menjadikan Bali sebagai pusat keuangan internasional adalah langkah yang sangat bagus dan strategis. Ini akan memperkuat posisi Indonesia di Asia Tenggara agar tidak hanya terpusat di Singapura atau Kuala Lumpur," ujar Seto di Yogyakarta, Sabtu.

Ia menilai kebijakan tersebut bisa menjadi momentum bagi Indonesia untuk menarik lebih banyak investasi dan memperluas jaringan ekonomi regional.

Namun, menurutnya, kesiapan menyeluruh menjadi kunci keberhasilan transformasi itu.

"Investornya harus disiapkan dulu, begitu juga regulasinya, infrastruktur, dan yang paling penting adalah stabilitas politik. Kalau situasi politik dalam negeri masih bergejolak, investor tentu akan berpikir dua kali," kata dia.

Menanggapi kebijakan pemerintah yang menolak penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk membiayai proyek tersebut, Seto menyebut keputusan itu sejalan dengan prinsip kehati-hatian fiskal (fiscal prudence).

"Tidak masalah jika tidak menggunakan APBN. Justru bagus karena mendorong pihak swasta dan lembaga keuangan untuk ikut berperan. Ini bisa mengurangi beban fiskal negara," jelas dia.

Ia mengatakan Danantara Investment Holding memiliki peluang besar untuk berperan dalam pembiayaan proyek itu karena memiliki kapasitas dan jaringan investasi yang luas seperti halnya Temasek Holdings di Singapura.

"Peluangnya besar karena Danantara berfungsi sebagai investment holding pemerintah. Dari pengalaman dan jaringannya, lembaga ini mampu mengelola investasi lintas sektor," ujarnya.

Kendati demikian, ia mengingatkan agar sumber pembiayaan tidak hanya bergantung pada Danantara semata.

"Jika seluruh pembiayaan diserahkan pada Danantara saja, risikonya terlalu tinggi karena akan ada concentration risk. Maka perlu diimbangi dengan sektor swasta dan investor asing agar risikonya terbagi dan tetap terkendali," ujar Seto.

Menurutnya, dengan pembagian risiko yang proporsional, proyek tersebut dapat berjalan berkelanjutan tanpa membebani keuangan negara maupun lembaga investasi pemerintah.

Seto menambahkan, transformasi Bali menjadi pusat keuangan internasional juga akan membawa dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat lokal dan nasional.

Jika proyek itu terealisasi, ia memperkirakan Bali tidak lagi hanya bergantung pada sektor pariwisata.

"Akan muncul industri keuangan baru yang membuka lapangan kerja dan menarik tenaga profesional dari dalam maupun luar negeri," katanya.

Menurut dia, keberadaan family office di Bali akan mendorong peningkatan arus modal masuk (capital inflow) dan memperkuat industri jasa keuangan di dalam negeri.

"Dengan bertambahnya ekspatriat dan aktivitas ekonomi baru, daya saing keuangan nasional meningkat, dan Bali bisa menjadi wajah baru ekonomi Indonesia di mata dunia," ujarnya.

Selain itu, ia menekankan pentingnya kesiapan sumber daya manusia (SDM) agar dapat bersaing di industri keuangan global.

"Persiapan SDM menjadi kunci. Jika tenaga kerja lokal siap, dampaknya tidak hanya pada pertumbuhan ekonomi Bali, tetapi juga peningkatan kapasitas nasional," tutur Seto.



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pakar sebut pusat keuangan Bali bisa perkuat posisi Indonesia di ASEAN

Pewarta :
Editor: Nur Istibsaroh
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.