Pakar UMY ungkap modus berpotensi dimanfaatkan teroris lewat gim

id Gim daring,teroris,rekrut anak,gim,game online

Pakar UMY ungkap modus berpotensi dimanfaatkan teroris lewat gim

Warga bermain game di gawainya di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (24/4/2024). ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/aww/aa.

Yogyakarta (ANTARA) - Pakar komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Prof. Suciati mengungkap modus yang berpotensi dimanfaatkan kelompok teroris untuk merekrut anak melalui interaktivitas "game online" (gim daring).

"Ideologi dan radikalisme atau terorisme itu ternyata juga bisa dipoles melalui media digital. Jadi, pencucian atau brainwash yang dulunya offline sekarang bisa online," ujar Suciati di Yogyakarta, Selasa.

Menurut Guru Besar Ilmu Komunikasi UMY itu, penyusupan ideologi memungkinkan terjadi karena karakter teknologi digital yang interaktif, tidak terikat ruang dan waktu, serta membuka ruang komunikasi dua arah.

Menurut dia, perubahan peta komunikasi itu membuka peluang berbagai aktivitas yang sebelumnya hanya dapat dilakukan secara luring.

Prof. Suciati menyebut pola pemanfaatan ruang digital oleh kelompok teroris berkaitan erat dengan kondisi kerentanan pada anak pengguna gim daring.

Baca juga: Kapolri dalami potensi teroris rekrut anak lewat gim daring

Dia menyebut ada dua faktor utama yang sering menjadi pintu masuk bagi pelaku, yakni kecanduan gim dan latar belakang keluarga yang tidak harmonis.

"Saya melihat perekrutan teroris itu ada dua hal yang menjadi kata kunci, yaitu kecanduan dan broken home," kata dia.

Anak yang sudah kecanduan gim atau media sosial, kata dia, akan mengalami penurunan kemampuan mengendalikan perilaku, sehingga seluruh waktu dan fokus hidupnya tertarik ke aktivitas digital.

Ketika kondisi tersebut bertemu dengan situasi keluarga yang tidak harmonis atau kurang perhatian, anak menjadi lebih mudah menerima pengaruh dari pihak luar yang hadir di ruang digitalnya.

Prosesnya, kata Prof. Suciati, kerap dimulai dari aktivitas permainan yang tampak biasa, namun lambat laun anak mulai diarahkan ke ruang digital yang lebih tertutup.

Baca juga: Komdigi menunggu arahan Presiden Prabowo soal pembatasan gim daring

"Awalnya mungkin biasa-biasa saja, main gim dan sebagainya. Nah, kemudian karena kecanduan mereka akan digiring ke platform khusus," ujar dia.

Dalam situasi tersebut, Suciati menilai pendekatan yang dilakukan kelompok tertentu makin mudah diterima karena anak tengah berada dalam fase pencarian jati diri.

Selain itu, kecanduan membuat mereka sulit menghentikan aktivitas digital, sementara kondisi keluarga yang rapuh membuat kebutuhan afeksi dan penerimaan dialihkan ke ruang virtual.

"Kalau belum masuk ke kecanduan, itu masih bisa dikontrol. Tetapi ketika sudah kecanduan anak-anak sudah tidak bisa dikontrol lagi. Artinya, segala sesuatu hidupnya itu untuk bermedsos, untuk bermain gim," kata dia.

Baca juga: Kemenekraf kolaborasi dengan EVOS Esports dongkrak prestasi atlet

Baca juga: Kemenekraf menghadirkan Game Seed dukung pengembang gim lokal




Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pakar UMY ungkap modus berpotensi dimanfaatkan teroris lewat gim

Pewarta :
Editor: Nur Istibsaroh
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.