Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Ratusan pendekar anggota Padepokan Ilmu Sujud Tenaga Dalam Silat Tauhid Indonesia melakukan atraksi bela diri pencak silat di Stadion Kridosono, Yogyakarta, Minggu.
Atraksi yang memperlihatkan beragam jurus kebal itu dihelat dalam rangka latihan bersama ke-7 untuk memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-26 Silat Tauhid Indonesia (STI). Acara itu diikuti 42 cabang perguruan STI seluruh Indonesia.
"Kami konsern pada `nguri-uri` (merawat) budaya nasional. Bukan untuk sombong-sombongan," kata Ketua Dewan Pendiri Padepokan Ilmu Sujud Tenaga Dalam Silat Tauhid Indonesia (STI), Andre Rifai Ibnu Gambang seusai acara latihan bersama.
Dalam latihan bersama yang diikuti 700 pendekar itu, beragam ilmu kebal dengan tenaga dalam yang diperlihatkan antara lain berjalan di atas bara api, menahan saberetan pedang, berjalan di atas golok, hingga mematahkan beton dengan tangan.
"Ilmu silat ini penting dimiliki generasi muda. Ilmu silat juga mengandung budaya dan nilai filsafat yang tinggi," kata dia.
Menurut Gambang, berbeda dengan perguruan silat lainnya, berbagai jurus yang diajarkan dalam STI menggunakan gerakan 28 huruf hijaiyah (aksara arab). Jurus itu merupakan warisan dari Sunan Bonang, yang merupaka salah satu anggota dari Wali Songo.
"Sunan Bonang dulu menciptakan jurus hijaiyah karena tahu bahwa orang Jawa hobi kesaktian atau kedigdayaan, maka diciptakan sekaligus untuk mengajarkan baca tulis Al-Quran, dulu khan belum ada tinta, sehingga (diajarkan) melalui gerakan," kata dia.
Menurut Gambang, seluruh murid yang telah lulus menjadi pendekar harus bisa membaca Al-Quran. Mereka juga memiliki amanat untuk mengajarkan ilmu itu kepada orang lain.
"Sekarang total ada 105 ribu anggota kami di seluruh Indonesia. Mereka kami dorong untuk memiliki nasionalisme dan cinta beragam kebudayaan Indonesia," kata dia.
(T.L007) 06-05-2018 18:09:54
Atraksi yang memperlihatkan beragam jurus kebal itu dihelat dalam rangka latihan bersama ke-7 untuk memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-26 Silat Tauhid Indonesia (STI). Acara itu diikuti 42 cabang perguruan STI seluruh Indonesia.
"Kami konsern pada `nguri-uri` (merawat) budaya nasional. Bukan untuk sombong-sombongan," kata Ketua Dewan Pendiri Padepokan Ilmu Sujud Tenaga Dalam Silat Tauhid Indonesia (STI), Andre Rifai Ibnu Gambang seusai acara latihan bersama.
Dalam latihan bersama yang diikuti 700 pendekar itu, beragam ilmu kebal dengan tenaga dalam yang diperlihatkan antara lain berjalan di atas bara api, menahan saberetan pedang, berjalan di atas golok, hingga mematahkan beton dengan tangan.
"Ilmu silat ini penting dimiliki generasi muda. Ilmu silat juga mengandung budaya dan nilai filsafat yang tinggi," kata dia.
Menurut Gambang, berbeda dengan perguruan silat lainnya, berbagai jurus yang diajarkan dalam STI menggunakan gerakan 28 huruf hijaiyah (aksara arab). Jurus itu merupakan warisan dari Sunan Bonang, yang merupaka salah satu anggota dari Wali Songo.
"Sunan Bonang dulu menciptakan jurus hijaiyah karena tahu bahwa orang Jawa hobi kesaktian atau kedigdayaan, maka diciptakan sekaligus untuk mengajarkan baca tulis Al-Quran, dulu khan belum ada tinta, sehingga (diajarkan) melalui gerakan," kata dia.
Menurut Gambang, seluruh murid yang telah lulus menjadi pendekar harus bisa membaca Al-Quran. Mereka juga memiliki amanat untuk mengajarkan ilmu itu kepada orang lain.
"Sekarang total ada 105 ribu anggota kami di seluruh Indonesia. Mereka kami dorong untuk memiliki nasionalisme dan cinta beragam kebudayaan Indonesia," kata dia.
(T.L007) 06-05-2018 18:09:54