Jakarta (ANTARA) - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas meminta agar aksara pegon dibakukan dan didigitalisasi agar tidak menghilang seperti yang terjadi pada beberapa aksara daerah karena tidak ada yang mencoba untuk melestarikan.
"Kita berutang banyak terhadap aksara pegon. Mungkin kita tidak akan bisa merasakan nikmatnya berislam di Nusantara kalau tidak ada huruf pegon yang menjadi perantara syiarnya," ujar Menag Yaqut saat membuka Kongres Aksara Pegon di Jakarta, Jumat.
Kongres yang diinisiasi Kementerian Agama ini merupakan kali pertama digelar dan sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Peringatan Hari Santri 2022. Aksara pegon sangat penting, apalagi sejumlah catatan sejarah syiar Islam ditulis dalam aksara pegon.
Menag mencontohkan Suluk Sunan Bonang ditulis dengan aksara pegon. Manuskrip itu digunakan untuk melakukan dakwah dan syiar Islam. Umat Islam Indonesia mengenal Kitab Al-Ibriz yang populer di kalangan santri.
Kitab tersebut, katanya, ditulis dengan aksara pegon oleh KH Bisri Mustofa. Demikian pula dengan Al-Tarjamah Al-Munbalajah yang ditulis KH Sahal Mahfudz dengan aksara pegon.
Ia mengatakan peran penting aksara pegon lainnya adalah biasa digunakan untuk menulis manuskrip ajaran Islam yang menjadi sarana untuk menulis teks sastra. Santri biasa menggunakan aksara pegon untuk surat-menyurat.
"Surat-surat raja-raja zaman dulu menggunakan aksara pegon sebagai media komunikasi dengan raja yang lain agar kolonial tidak bisa membaca. Jadi aksara pegon menjadi huruf sangat taktis yang bisa digunakan untuk mengelabui kolonial agar tidak paham," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menag minta aksara pegon dibakukan agar tak menghilang
"Kita berutang banyak terhadap aksara pegon. Mungkin kita tidak akan bisa merasakan nikmatnya berislam di Nusantara kalau tidak ada huruf pegon yang menjadi perantara syiarnya," ujar Menag Yaqut saat membuka Kongres Aksara Pegon di Jakarta, Jumat.
Kongres yang diinisiasi Kementerian Agama ini merupakan kali pertama digelar dan sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Peringatan Hari Santri 2022. Aksara pegon sangat penting, apalagi sejumlah catatan sejarah syiar Islam ditulis dalam aksara pegon.
Menag mencontohkan Suluk Sunan Bonang ditulis dengan aksara pegon. Manuskrip itu digunakan untuk melakukan dakwah dan syiar Islam. Umat Islam Indonesia mengenal Kitab Al-Ibriz yang populer di kalangan santri.
Kitab tersebut, katanya, ditulis dengan aksara pegon oleh KH Bisri Mustofa. Demikian pula dengan Al-Tarjamah Al-Munbalajah yang ditulis KH Sahal Mahfudz dengan aksara pegon.
Ia mengatakan peran penting aksara pegon lainnya adalah biasa digunakan untuk menulis manuskrip ajaran Islam yang menjadi sarana untuk menulis teks sastra. Santri biasa menggunakan aksara pegon untuk surat-menyurat.
"Surat-surat raja-raja zaman dulu menggunakan aksara pegon sebagai media komunikasi dengan raja yang lain agar kolonial tidak bisa membaca. Jadi aksara pegon menjadi huruf sangat taktis yang bisa digunakan untuk mengelabui kolonial agar tidak paham," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menag minta aksara pegon dibakukan agar tak menghilang