Bantul (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menyebut pembangunan jembatan darurat dari bambu yang dibangun di lokasi tanah longsor wilayah Srikeminut, Kelurahan Sriharjo sudah selesai.
"Sekarang ini jembatan darurat dari bambu yang di Sriharjo sudah jadi, dan kemarin sudah diujicoba warga, dan sudah digunakan aktivitas warga untuk mobilitas," kata Kepala Pelaksana BPBD Bantul Mujahid Amrudin di Bantul, Jumat.
Baca juga: Bantul dinobatkan sebagai Kabupaten Terinovatif dalam ajang IGA 2025
Jembatan darurat dari bambu itu bersifat sementara agar masyarakat yang berada di Pedukuhan Wunut dan Sompok Sriharjo bisa melintas, mengingat akses jalan satu-satunya di wilayah tersebut putus akibat tebing Sungai Oya longsor pada Jumat (21/11).
Pembangunan jembatan darurat sepanjang 220 meter dengan lebar dua meter tersebut, menjadi salah satu langkah penanganan masa tanggap darurat banjir dan longsor yang ditetapkan Pemkab Bantul, sejak 21 November-19 Desember 2025.
"Dengan adanya jembatan darurat itu nanti mobilitas warga makin mudah, meskipun hanya untuk motor, tidak boleh untuk mobil karena lebarnya tidak memungkinkan, mobil kita sarankan untuk melalui jalan jembatan di Selopamioro," katanya.
Baca juga: BPBD Bantul relokasi tujuh keluarga rawan bahaya di wilayah Sriharjo
Dia mengatakan jembatan darurat tersebut dibangun di lokasi yang tidak rawan longsor, terlebih tingginya satu meter sehingga bagian bawah bisa ditanami berbagai tanaman. Diperkirakan jembatan darurat bisa tahan selama satu tahun.
Lurah Sriharjo Titik Istiawatun Khasanah mengatakan jembatan darurat bambu yang dibangun Pemkab Bantul di wilayah Srikeminut telah rampung dan masyarakat yang selama ini mengandalkan akses jalan itu telah melakukan uji coba jembatan pada Kamis (11/12) sore.
"Hari ini, Pemkab Bantul masih melakukan proses finishing jembatan darurat. Kemungkinan, sore nanti proses finishing rampung dan insyaallah sore nanti jembatan bisa dipakai," katanya.
Setelah jalan putus dan tanah longsor di Srikeminut pada November lalu, warga setempat juga membuat jalan darurat, namun posisi jalan darurat tersebut sempat berbahaya sehingga dikhawatirkan mengganggu pengguna jalan.
Baca juga: BPBD Bantul: Jembatan darurat di Sriharjo hanya boleh dilalui kendaraan roda dua
"Tapi, jalan itu sudah terkena proses penanganan jalan longsor oleh pemkab. Jadi sudah tidak dilewati warga setempat. Jalan yang dibangun warga itu kan hanya pertolongan darurat saja. Karena kan becek, anak-anak harus sekolah, ibu-ibu harus belanja," katanya.
Pihaknya berharap, kehadiran jembatan darurat dari bambu tersebut dapat memberikan keamanan dan kenyamanan untuk masyarakat berlalu lintas, meski baru bisa dipergunakan pejalan kaki, sepeda, dan kendaraan sepeda motor.