Penyelamat harimau Sumatera terima Kalpataru dari presiden

id kal[ataru dari presiden

Penyelamat harimau Sumatera terima Kalpataru dari presiden

Rahmat Arifin dari Sungai Penuh, Jambi (paling kiri) bersama penerima kalpataru 2012 dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. (FOTO ANTARA/Widodo S. Jusuf)

Jambi (ANTARA Jogja) - Rahmad Arifin mendapat anugerah Kalpataru dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkat dedikasinya yang tinggi dalam upaya penyelamatan dan pelestarian satwa khas sumatera yang terancam punah yakni harimau sumatera (Panthera Tigris Sumatrae).

Koordinator Patroli Harimau Sumatera Dian Risdianto di Jambi, Senin, mengatakan dedikasi luar biasa yang telah ditunjukkan warga Sungai Penuh tersebut telah dibuktikan selama 19 tahun dia bertugas sebagai Polhut di Dinas Kehutanan, lalu di PHS TNKS dan akhirnya saat ini sebagai  salah seorang anggota SPORC BKSDA Jambi.

Rahmad Arifin mengatakan, dedikasi yang dilakoni sebagai  pembela hariamu sumatera tersebut dilandasi oleh rasa cinta yang teramat luar biasa terhadap satwa eksotis yang menjadi ikon provinsi Jambi tersebut.

''Ini berawal dari kekaguman saya terhadap harimau, selain itu juga tugas dan fungsi saya sebagai polisi hutan. Jauh di dalam hutan saya melihat ada ancaman terhadap harimau, maka saya berpikir cepat untuk segera bertindak,'' kata Rahmat.

Lebih jauh dia menyampaikan, selain menjaga hutan sebagaimana tugas pkoknya sebagai Polhut Rahmat juga berinisiatif memprakarsai dibentuknya sebuah kelompok khusus yang memediasi warga dan harimau sumatera karena seperti diketahui, saat ini banyak warga yang memburu harimau karena ternak mereka dimakan, atau sekadar untuk menguliti kulit indahnya.

''Saya sering patroli, ada jerat yang dipasang oleh oknum masyarakat. Dari situlah ada beberapa rekan yang bantu saya, sehingga kami terinsipirasi untuk melindungi hewan tersebut, karena itu juga aset bangsa,'' terangnya.

Bersama 8 unit timnya, Rahmat berusaha memberi pengertian kepada warga supaya tidak membunuh harimau, menjalin komunikasi yang intens serta merancang kelancaran akses informasi soal peluang kerja dan usaha baru diharapkan dapat mengalihkan perhatian warga dari perburuan liar terhadap harimau sumatera.

 ''Dari situlah kami bermain di pinggiran kawasan membina hubungan komunikasi dan masyarakat penduduk dengan harapan dengan bekerja dan kesibukan itu, mereka tidak melirik kawasan taman nasional dan harimau lalu memandangnya sebagai hewan buruan berharga mahal,'' ujarnya.

Dikatakannya, berdasarkan catatan pihaknya, hingga saat ini terdapat 23 harimau sumatera yang berada dalam wilayah pantauannya, namun dikhawatirkannya jumlah itu akan terus berkurang bila tidak dijaga dengan baik tanpa peran serta masyarakat dan pemerintah setempat.

Meski diakuinya ada beberapa kasus konflik harimau dengan warga, Rahmat tidak mau menyalahkan hewan belang tersebut, karena dia menilai hanya dengan kearifan lokal, hewan tersebut bisa diselamatkan.

''Saya tidak setuju menyalahkan harimau, tapi kami yang memegang teguh adat di kearifan lokal di beberapa daerah, contoh kalau kita tersesat kita panggil harimau untuk menunjukkan jalan, mitos itu masih ada dan dipercaya di masyarakata Kerinci,'' ungkapnya.

Dengan diterimanya penghargaan itu dia menghimbau segenap lapisan masyarakat untuk sudi bahu membahu membela, menyelematkan dan melestarikan keberadaan populasi harimau sumatera yang kini kian  terancam punah seiring terus terjadinya deforesasi dan perburuan liar. Diperkirakan hanya tersisa tidak lebih dari 400 harimau yang hidup di alam bebas.

''Mari kita sama-sama melestarikan harimau sumatera karena itu aset bangsa, dari pemerintah daerah juga mudah-mudahan ada partisipasi untuk memfasilitasi kami dan beberapa orang yang peduli dengan harimau ini," katanya.

(PSO-144)