Museum Gunarsa gelar kompetisi "Baligraphy"

id museum gunarsa gelar

Museum Gunarsa gelar kompetisi "Baligraphy"

Museum Seni Lukis Klasik Gunarsa (Foto bali.panduanwisata.com)

Denpasar (Antara Jogja) -  Museum Seni Lukis Klasik Gunarsa menggelar kompetisi "Baligraphy" yang diikuti utusan dari sembilan negara untuk memeriahkan pelaksanaan "International Festival of Balinese Language (IFBL) pada 8 Oktober-9 November 2013.

"Kegiatan perdana itu merupakan gagasan baru yang lahir dalam rangka  memuliakan (Makuta Mandita) aksara Bali agar selalu disucikan, diingat, dipelajari dan dibudayakan dalam kehidupan masyarakat Bali khususnya, Indonesia dan dunia umumnya," kata Dr HC Nyoman Gunarsa selaku pendiri dan pengelola museum seni lukis klasik di Klungkung itu saat dihubungi dari Denpasar, Senin. 
   
Ia mengemukakan bahwa aksara Bali memiliki bentuk-bentuk yang  magis, artistik yang khas, yang serupa dengan aksara Jawa, namun bentuknya sangat berbeda. Aksara Jawa bentuknya lebih tegak, persegi empat.

Aksara Bali bentuknya melengkung, melingkar-lingkar seperti garis-garis yang bebas melingkar melengkung dengan bebasnya, sebagai media seni bisa mencurahkan perasaan hati terdalam untuk berekspresi.

Gunarsa menambahkan, aksara Bali terlepas dari wujudnya yang indah dan dinamis, juga tidak terlepas dari hukum-hukum atau aturan-aturan baku dalam penulisannya yang harus mengikuti tatanan.

Hal itu dimaksudkan agar memiliki makna dan filosofis, sehingga Pulau Bali yang tidak begitu luas dibandingkan wilayah Nusantara memiliki sarana seni budaya yang lengkap yakni bahasa dan aksara sebagai suku bangsa yang berperadaban tinggi.

"Semua itu patut kita syukuri, banggakan dan  lestarikan, salah satunya dengan menggelar kompetisi Baligraphy yang secara khusus digelar dalam memuliakan bahasa Bali (bahasa ibu), tutur Gunarsa.

Ia menjelaskan, istilah Baligraphy muncul dalam pertemuan perdana para tokoh-tokoh pencinta seni budaya Bali di Museum Gunarsa di Kabupaten Klungkung, 45 km timur Denpasar, serangkaian persiapan IFBL.

Dalam pertemuan itu muncul keinginan untuk menampilkan seni aksara Bali, sebagai karya seni huruf yang  indah, seperti lukisan, yang akhirnya mengerucut dengan istilah Baligraphy.

Guru besar Fakultas Sastra Universitas Udayana Prof Dr Nyoman Darma Putra yang melontarkan hal itu mendapat apresiasi dari Nyoman Gunarsa, Made Sujana dari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar, Nengah Medera dari Fakultas Sastra Unud, Wayan Madra Ariasa dari Yayasan SBHB Denpasar dan  Ida Rsi Agung Wayabya Suprabhu SK (spiritual).

Dengan demikian sepakat untuk menggelar kompetisi Baligraphy dengan mengusung tema  "Makuta Mandita" (memuliakan) aksara Bali melengkapi International Festival of Balinese Language yang berlangsung di Pulau Dewata.

(I006)

Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024