Sleman, (Antara Jogja) - Sejumlah petani lereng Gunung Merapi di Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta terus berupaya memulihkan sentra budidaya kopi pascaerupsi pada 2010 dan akan dikembangkan sebagai kawasan ekowisata.
"Saat ini kami tengah menyiapkan sekitar 1,6 hektare untuk ditanami bibit buah-buahan yang diproyeksikan menjadi suatu ekowisata," kata Petani kopi Dusun Petung, Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Sumijo di Sleman, Selasa.
Menurut dia, tanaman kopi yang berada di lereng sebelah selatan saat ini sudah sekitar 160 hektare dan mayoritas merupakan tanaman muda di lahan yang baru bekas terkena awan panas erupsi.
"Memang banyak yang kualitasnya masih belum tinggi. Tapi, lama-kelamaan akan terus membaik dan pamor kopi Petung kembali naik," katanya.
Ia mengatakan selain tanaman khas kopi, kelompok tani pun sudah menyediakan lahan luas sekitar 1,6 hektare yang dikhususkan untuk tanaman buah-buahan, seperti kelengkeng itoh, jambu getas merah, jambu kristal, jambu air, alpukat, jeruk santang.
"Bibit buah tersebut sudah kami tanam sejak beberapa waktu lalu. Dengan tambahan jenis tanaman tersebut, nantinya di wilayah ini tak hanya dijadikan sebagai wisata kebun kopi. Yang memang sempat terkenal sebelum terjadinya erupsi 2010, tetapi juga dikembangkan lagi sebagai suatu ekowisata yang menyeluruh," katanya.
Sumijo mengatakan wisatawan nantinya bisa memetik buah sendiri. Selain itu juga, di kebun kopi wisatawan yang datang bisa membantu memetik kopi.
"Wisata lava tour (persewaan Jeep dan Trail) pun bisa memanfaatkannya untuk dijadikan salah satu tempat kunjungan," katanya.
Ia mengatakan terkait ancaman jika kembali terjadi lagi bencana erupsi Gunung Merapi, hal tersebut tidak terlalu masalah, karena pengalaman warga lokal terjadinya erupsi skala besar seperti 2010 lalu itu siklusnya ratusan tahun.
"Tidak hanya belasan atau puluhan, namun erupsi besar Gunung Merapi itu terjadi ratusan tahun. Jadi, ketika memang erupsi, kecil-kecil saja. Seperti pada 2006," katanya.
Bahkan, kata dia, dengan adanya erupsi skala kecil tersebut malah akan menguntungkan karena abunya memberikan efek yang positif, yaitu menyuburkan tanah. Selain itu juga, erupsi tersebut nantinya akan menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan untuk datang. Mereka bisa melihat, ikut memantau dengan pandangan yang lebih jelas.
"Kami juga sudah mendirikan gardu-gardu pandang. Salah satunya gardu di dekat warung kopi Tugu Ambruk. Jadi, selain bisa menikmati kopi, bisa melihat juga proses terjadinya erupsi skala kecil. Kemungkinan, dua atau tiga tahun lagi wisata ini sudah bisa dinikmati," katanya.
Kepala Desa Kepuharjo Heri Suprapt, mengatakan dulunya memang di daerahnya terutama Petung sudah menjadi sentra wisata kebun kopi. Dengan adanya kegigihan para petani ini diharapkan ke depannya bisa kembali lagi kejayaannya.
"Dulu wilayah Petung memang merupakan desa wisata kopi, kemudian sempat terpuruk akibat terdampak erupsi Merapi. Tapi perlahan para petani mulai menanaminya kembali. Meski sempat juga ada yang gagal karena hama atau kemarau," katanya.***1***
(V001)
