Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Sebanyak 1.000 anak pendidikan anak usia dini maupun taman Kanak-kanak bakal meramaikan Festival Dolanan Tradisional Anak Nusantara 2018, salah satunya bermain dakon bersama-sama dalam kegiatan “Dakon Ning Ratan”.
“Sesuai dengan namanya, maka ‘Dakon Ning Ratan’ tersebut akan digelar di jalan, yaitu di sepanjang Jalan Kapas Yogyakarta pada Sabtu (24/11) pukul 08.30 WIB,” kata Ketua Panitia Festival Dolanan Tradisional Muhammad Miftahuddin di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, kegiatan bermain dakon secara massal yang diikuti anak-anak adalah kegiatan yang unik dan menarik serta baru akan diselenggarakan untuk pertama kalinya di Indonesia.
Ia berharap, anak-anak yang akan meramaikan kegiatan tersebut bukan hanya anak TK dan Paud dari Indonesia saja, tetapi juga anak warga negara asing yang kebetulan berada atau bersekolah di Kota Yogyakarta.
“Kegiatan ini juga bersifat terbuka, sehingga tidak hanya anak-anak yang bisa bermain dakon tetapi juga masyarakat umum. Bahkan kami juga akan mengundang pejabat dan tokoh masyarakat untuk ikut meramaikan ‘Dakon Ning Ratan’,” katanya.
Selain “Dakon Ning Ratan” Festival Dolanan Tradisinal juga akan diisi dengan lomba permainan dolanan tradisional anak yang memperebutkan tropi Wali Kota Yogyakarta dan uang pembinaan, hingga kompetisi dakon perorangan yang memperebutkan tropi GKBRAA Paku Alam.
Miftahuddin menyebut, festival dolanan tersebut digelar agar anak-anak sebagai generasi penerus tidak lupa dengan berbagai budaya tradisional yang tumbuh dan berkembang di masyarakat.
“Perkembangan teknologi yang semakin pesat sangat mungkin akan menggusur budaya yang tumbuh di masyarakat, termasuk berbagai permainan tradisional yang dulu masih sering dimainkan secara bersama-sama. Oleh karena itu, permainan ini perlu terus dilestarikan,” katanya.
Selain menumbuhkan kecintaan anak terhadap permainan tradisional, festival tersebut juga diharapkan mampu membangun karakter anak karena permainan tradisional selalu sarat dengan makna.
Sementara itu, Kepala TK Negeri 2 Yogyakarta Tri Hariyatni mengatakan, sudah menerapkan kurikulum berbasis budaya dalam metode pembelajaran yang diterapkan di sekolah tersebut.
Setiap Jumat, TK Negeri 2 Yogyakarta selalu menyelenggarakan permainan anak dan menggunakan Bahasa Jawa dalam berbagai kegiatan di sekolah. Salah satu permainan yang diajarkan di TK tersebut adalah dakon.
“Dalam permainan ini, anak secara tidak langsung belajar mengenai konsep bilangan dan bagaimana cara menghitung. Mereka bermain dengan senang sekaligus bisa belajar. Aspek keamanan permainan juga terjaga,” katanya.