Sembilan hewan ternak mati mendadak di Gunung Kidul

id Antraks,Gunung Kidul

Sembilan hewan ternak mati mendadak di Gunung Kidul

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul Bambang Wisnu Broto. (Foto ANTARA/Sutarmi)

Gunung Kidul (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menemukan sembilan ekor hewan ternak di Desa Gombang, mati mendadak yang diduga terkena antraks.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul Bambang Wisnu Broto di Gunung Kidul, Jumat mengatakan dari Desa Gombang, Kecamatan Ponjong, dilaporkan ada kejadian hewan ternak mati mendadak.

Adapun jumlah hewan ternak yang mati mendadak enam ekor kambing dan tiga ekor sapi. Laporan hewan mati mendadak itu terjadi pada pertengahan Desember 2019.

"Kami sudah menyemprotkan disinfektan satu meter persegi 50 liter formalin di lokasi, terutama yang kejadian di Desa Gombang," kata Bambang.

Ia mengatakan saat ini hewan yang mati mendadak masih berstatus suspect karena hasil laboratorium belum keluar.

"Kami juga mengambil sampel tanah di beberapa tempat, dengan total ada sebanyak 50 sampel tanah yang kami kirim ke laboratorium, seperti sampel tanah di Semanu, Nglipar, Karangmojo,” katanya.

Bambang mengatakan sejumlah langkah pencegahan dan pengendalian sedang dilakukan Dinas Pertanian dan Pangan, seperti memberikan desinfektan di tempat-tempat kejadian hewan ternak mati.

Langkah kedua, memberikan antibiotik kepada hewan yang berada di wilayah yang diduga terpapar antraks, yakni Desa Gombang, Kecamatan Ponjong. Ketiga, melakukan koordinasi dengan Tim One Health Gunung Kidul, yang terdiri dari tim dokter hingga inseminator untuk melakukan langkah pencegahan dan pengendalian.

"Kami juga sudah melakukan komunikasi, informasi, edukasi kepada masyarakat, terutama ke pedukuhan untuk mencegah penyebaran antraks," katanya.

Selain itu, lanjut Bambang,, pihaknya juga melakukan pencegahan meski belum tentu wilayah tersebut terpapar antraks dengan menyemprotkan disinfektan ke lokasi penyembelihan dan hewan ternak mati.

"Disinfektan adalah dengan menyemprotkan formalin," katanya.

Terkait keterkaitan kasus hewan mendadak dengan kasus antraks di Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, yang muncul kasus antraks pertengahan 2019, Bambang belum mengetahui secara pasti.

"Kami masih menunggu hasil sampel darah dari laboratorium," katanya.